Kitab Babul Haq Permulaan
Permulaan
Inilah Risalah dari warisan peninggalan Alm Bapak H. AbdulHamid Kampung Habulung kabupaten Martapura Banjar Kalimantan Selatan.
Bab ini menyatakan kesudahan Ilmu yang Tahkik tiada diperoleh lebih dari pada itu walau Ambiya sekalipun. Fikirkan olehmu dan cari olehmu guru yang boleh menguraikannya. Perkataan sedikit ini terlebih besar faedahnya dari pada dunia serta isinya dan terlebih keras dari batu lebih tajam dari pedang. Inilah Ilmu Syuhud, Ilmu orang Ahli Syufi Radiyallahu Anhu. Inilah suatu rahasia, bahwasanya engkau itu sampai kepada Aku hai hambaku yang Aku ridhai. Bahwasanya maha suci Aku beserta engkau, adalah ini jika engkau berada di dalam Nur-Ku, maka engkau itu lenyaplah di dalam kosong (0) itu, bahwasanya Ahmad itulah gaib. Itulah yang disebut gaib dengan gaib, atau diri itulah yang disebut gaib. Maka Ahmad itulah yang disebut diri yang gaib dan Muhammad itulah yang disebut diri yang zahir. Oleh sebab itulah Muhammad Rasulullah telah berkata : “Ikuti aku, ikuti aku, kalau engkau tiada mengikuti maka engkau adalah sesat“.
Sebab itulah kami ajarkan kalimat Tauhid dan kami perintahkan kalimat Syahadat. Jikalau engkau itu berpegang pada keduanya, maka selamatlah engkau dunia dan akhirat dan engkau itu adalah mu’min yang sebenar-benarnya atau yang dikatakan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Bahwasanya kalimat Tauhid itu ialah maqam Ruh yang tiada lupa ia kepada yang menjadikannya setiap saat dan kalimat syahadat itulah yang menyempurnakan apa-apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka engkau itu rindu selalu kepadaku yang menjadikan semesta alam. Itulah yang disebut engkau itulah bertubuh NURULLAH, KUNHATITAH, maka itulah yang disebut lenyap dengan aku. Asal engkau yang Aku jadikan ialah mula-mula kepada engkau itu satu Rahasia Nur, dan Nur itu yang disebut Nur-Zat, maka Nur-Zat itu menjadi diri. Sudah itu diri engkau gaib di dalam Nurullah, maka oleh itu gaib lagi yang disebut kosong (0), maka berkata di dalam KUN, maka KUNitulah yang disebut ALIF, maka ALIFitulah yang disebut diri. Maka gaib ALIF itu menjadi LAISA maka berkatalah ia HAK, maka yang HAKitulah yang disebut tiada berujud dan tiada bernama Zat, maka engkau itu yang dinamakan AKU, sebab itu bukan di luar bukan di dalam, sehingga meliputi AKUsemesta sekalian alam, maka LAISAlah Aku di dalam diri engkau itu. Jikalau engkau mengenakan Aku, maka engkau itu adalah di dalam kalimahKu. Sesudah engkau di dalam kalimahKu itu maka engkau itu bertubuh Syahadat, sesudah bernama Syahadat maka engkau itu bernama Muhammad. Jikalau engkau sudah bemama Muhammadzahirnya maka batinnya itu bernama Ahmad, sesudah bernama Ahmadmaka engkau itu gaib dengan HUmaka Akulah itu. Engkau dengarkan bunyi di dalam tubuh engkau itu berbunyi WUJUD ZAT. Wujud itu berbunyi HU, Zat itu berbunyi ALLAH. Maka oleh hilang bunyi hanya kosong, maka kosong itu maknanya fana’, hanya dirinyalah yang ada, yang tahu serta melihat dan yang mendengar semuanya lenyaplah di dalam yang kosong itu.
Dari AI–Haji Hasan Negara :
Inilah pegangan kita kepada Hayat, maka Hayat itu menjadi Nyawa, dan nyawa itu mejadi Muhammad. Maka jangan engkau cari lagi. LA itu Hayat, ILAHA itu Ruh, ILLA itu nafas ALLAH itu Nyawa, maka jangan dicari lagi, itulah pegangan kita.
Dari AI-Haji Arsyad Dalam Pagar Kelampaian Martapura :
Adapun sebenar-benarnya diri itu Hayat, dan sebenar-benarnya Hayat itu Ruh, dan sebenar-benarnya Ruh itu Nafas, dan sebenar-benarnya Nafas itu Rahasia, dan sebenar-benarnya Rahasia itu Nur Muhammad dan sebenar-benarnya Nur Muhammad itu tubuh kita, maka inilah pegangan kita.
Dari Datuk Sanggul :
Adapun badan Ruhani itu ialah Allah, dan Allah itu jangan dicari lagi, karena Allah Ta’ala sudah menjadi segala Nyawa, jangan engkau cari lagi, karena Allah Ta’ala itu LAISAKAMISLlHI.
Penjelasan : Engkau itu adalah RahsiaKu, maka rahasia itulah yang menuju kepada Aku, sehingga engkau itu adalah pendengaranku dan penglihatanku dan kesemuanya itu terhimpun di dalam Rahasia Ku, maupun di dalam atau di luar. Sehingga engkau Fana Ul Fana’ dan tiada mempunyai daya upaya, sehingga batin engkau itulah yang dikatakan Ta’ala. Jikalau engkau hilangkan tubuh menjadi Nur sehingga tubuh engkau menjadi Ruh, maka hilangkan tubuh engkau itu menjadi titik, maka titik itulah yang disebut Kaca Putih, yaitulah asal-asalnya kejadian Alif, maka Alif itulah bergerak di dalam laut rahasia, itulah yang disebut Hayat, maka hiduplah dan bergeraklah tubuhnya, itulah yang dinamakan sifatNya yang ada di dalam tubuh engkau itu, itulah namanya itulah dirinya. Maka akulah yang Laisa dan jangan dicari lagi. Itulah yang disebut sudah menjadi Nyawa. Kalau engkau kosongkan maka yang berbunyi Aku itu Wujudku, kalau engkau keluarkan maka berbunyi Rahasia. Maka kalau engkau naikkan nafas engkau maka berbunyi Wujud Idafi. Nafas itu adalah Rahasia antara turun naik, itulah yang berkata AKU ADALAH ENGKAU dan ENGKAU ADALAH AKU. Disitulah engkau di dalam diriNya, naik berbunyi Wujudku dan turun berbunyi ZatKu, disitulah engkau mengetahui atau yang berkata disebut Rahasia di dalam Rahasia, maka hilanglah Rahasia itu, yang ada hanyalah Wujudku. Disitulah engkau Mi’raj, pertemuan dalam HadiratKu dan apabila engkau turun maka wajiblah engkau mengerjakan perintahku, sehingga engkau cinta kepadaKu dan engkau jauhilah segala yang kuharamkan. Engkau lihatlah Syahadat, disitulah engkau menyempurnakan segala-galanya, berpeganglah kepadanya, karena jikalau tidak maka engkau itu adalah sesat, maka selalulah engkau wajib mengerjakan perintahku.
“Syahadat itu adalah tubuh engkau. Alhamdu itu Aku dengan engkau. Ingat itu adalah Rahasiaku Kepada engkau“.
Jikalau engkau tiada berpegang pada yang diajarkan Nabi kita itu maka engkau sesat lagi kafir. Oleh sebab itu wajiblah engkau mengerjakan perintahnya dan taat kepadanya, dan hendaklah engkau Khauf dan cinta dan jangan engkau lupa setiap saat. Jikalau engkau lupa maka Aku lebih jauh dan kalau engkau dekat maka Aku lebih hampir dan kalau engkau hampir maka Akulah dirimu dan diriKu adalah LAISA KAMISLIHI, disitulah engkau zauk.
Marilah kita bersama-sama memperbanyak amaliah sehingga terbukalah bagi engkau satu dinding rahasia atau hijab yang dikatakan NURALA NUREN. Maka Nur itu tajallilah kepada dirinya, sehingga engkau gaib maka engkau adalah di dalam WUJUD–HAQ. Kita sebut kalimah zikir LA ILAHA ILLA ALLAHsatu nafas itulah yang disebut KALAMULLAH Jikalau engkau naikkan nafas engkau itu Aku atau HU, maka itulah yang dinamakan Wujudku yang Laisa, ialah yang tiada Huruf dan tiada suara. Jikalau engkau zahirkan suara engkau itu maka zahirlah sifatku, Jikalau tiada engkau zahirkan maka engkau gaib di dalam Wujud Idafi. Wujud itu LaisaIdafi, itu suci murni dan bersih. Itulah yang disebut Nur dan itulah yang dinamaKan Ahmad dan juga adalah dinamakan Nur-Zat. Maka zat itulah yang disebut engkau, barulah itu dikatakan Fana’ UI Fana’ atau yang disebut karam dan engkau itu sampailah sudah kepada Baqa UI Saqa. Disitulah engkau melalui segala-galannya yang disebut NURALA NUREN atau gaib dengan gaib sampai Hak kepada Hak.
Marilah kita kembali kepada asalnya AL FATIHAH, Aku Laisa, di dalam Aku engkau maka disitulah engkau naikkan nafas engkau kepadanya. Kalau engkau turunkan ke bumi atau ke dalam jasad, jasad itulah yang berbunyi ALLAH hurufnya. Jikalau engkau hilangkan huruf ALLAH itu menjadi HU itulah yang disebut kosong, tiada tahu lagi akan dirinya, hanya yang ada Wujud saja lagi. Maka engkau tiadalah berujud lagi dan sifat bersifat lagi, dan tiada nama bernama dan tiada buat berbuat. Maka disitulah engkau karam di dalam Kalimah ini, barulah engkau itu. hilang semuanya, yang ada hanya Wujud saja lagi semata-mata, disitulah engkau bernama NUK atau NUKTAH. Maka NUKtah ini ialah satu-satunya yang menjadi awal sekalian yang ada ini, Maka selalulah engkau taat akan segala perintahnya, ingatlah selalu akan kataNya : “Esakan Aku, esakan Aku atau sempurnakan Aku“.
Jika engkau sempurnakan maka engkau itu yang bernama Insan, jikalau engkau manusia maka dialah manusia Insan-Kamil. Sebenar-benarnya diri itu Ruh, sebenar-benarnya Ruh itu Sir. Sebenar-benarnya Sir itu Rahasia. Sebenar-benarnya Nur Muhammad itu Sifat, sebenar-benarnya Sifat itju Zat. Sebenar-benarnya Zat itu Sir. Maka Sir itulah yang disebut Aku LaisaKamislihi Syai‘un.
Sudahkah engkau membaca Zikrullah ?
Sudahkah engkau membaca Tasbih ?
Sudahkah engkau membaca Qul Huwallahu Ahad ?
Sudahkah engkau membaca Yasin ?
Sudahkah engkau mernbaca Suratul Fatihah?
Maka marilah menghilangkan tubuh kita sampai menjadi misra apa yang disebut di atas itu dan bagaimana jalannya itu? Jikalau engkau sudah misrakan, maka rindulah engkau kepadaNya, sebab dengan rindu itulah orang baru sampai kepadaNya. Maka jadikanlah darah engkau itu Kalimah Zikrullah. Jadikanlah tubuh engkau itu Tasbih. Jadikanlah tubuh engkau itu Qul Huwallahhu Ahad, atau Hilangkan tubuh engkau itu menjadi wujud yang hakiki. Dengan Yasin jadikanlah tubuh engkau itu Nur Muhammad. Jadikanlah Al Fatihah itu wujud yang maha suci. Maka dengan demikian itu adalah kita di dalam RahasiaNya.
Adapun artinya Qul Huwallahhu Ahad itu ialah :
Berkata Allah: “Esakan Aku”. Maka oleh itu supaya engkau mendapat satu rahasia, karena di dalam kalimat Qul Huwallahhu Ahad itu terkandung lima rahasia;
- satu di dalam Rahima Kumullah,
- kedua dalam Rahim ibu,
- ketiga dalam liang lahat,
- keempat di Yaumil Mahsyar dan
- kelima di Hadratullah.
Telah berkata Allah, “bahwasanya siapa hambaku yang sampai di maqam ini maka Aku adalah engkau, engkau adalah Aku”. Marilah kita bersama-sama membersihkan tubuh kita yang kotor ini, sebab tubuhlah yang mengandung maka jadikanlah tubuh engkau itu seperti kaca yang terang benderang dan cahaya itulah yang disebut NurKu. Maka Alhamdu ialah perkataan yang mula-mula, sebab dialah yang maha suci Itulah yang dikatakan bacalah dengan namaKu yang menjadikan engkau BA ( ب ). Itulah yang menimbulkan satu rahasia atau Nur, itulah yang memuji kepada dirinya, sebab disitulah kejadian asal dari pada Kun. Adapun Kun itu gaib atau Laisa, maka jadilah satu titik atau menjadi huruf BA ( ب ). Maka BA itulah yang berbunyi namaKu atau yang berbunyi = هو ب = (Ba-Hu) yang dua kata itu yang berbunyi : bacalah dengan namaKu. Maka BA itulah yang disebut bathin, maka tubuh engkau itu karamkan atau hancurkan atau leburkan atau binasakan, barulah engkau bertubuh Nur saja lagi, sebab tubuh atau jasad engkau itu yang berbunyi :
لاحولولاقوة الاباالله (Lahawlawalaquata’ilabillah)
Maka kembalilah kita kepada mula-mula asal Ruh yang tiada lupa kepadanya, sebab tiada lupa itulah darah engkau menjadi kalimah zikir dan Tasbih, itulah cahayanya sehingga engkau adalah Aku. Sebab itu berhati-hatilah engkau jangan sampai lupa kepadaNya. Kalau engkau lupa kepadaNya, Dia lebih jauh. Kalau engkau hampir, Dia lebih dekat. Kalau engkau dekat maka Akulah pendengarnya, Akulah penglihatnya dan Akulah yang meliputinya, sehingga engkau misra dalam Wujud-Haqiqi.
Pasal: Inilah satu uraian huruf yang bernama dan berbunyi ALIF, maka Alif itu ialah yang dikatakan Esa. Alif adalah termasuk rahasia dirinya, sebab dialah yang ada sendirinya. Kemudian lalu Alif itu bergerak, maka gerak itulah yang berbunyi HAK, itulah yang dikatakan atau yang berbunyi Wahdatul–Wujud, maka Laisalah dirinya itu, atas yang dikatakan gaib, di dalam laut Gaibul–Guyuh atau Bahrul Butun. Maka di dalam laut titik itulah yang dikatakan atau yang bernama NURULLAH ialah juga yang disebut NUR ZAT, maka gaiblah Nur Zat itu menjadi Roh-Idafi, dan Roh idafi itu disebut AHMAD, maka Ahmad itulah yang bernama ZATUL BUTHI Itulah namanya yang tiada rusak dan hancur. Jadikanlah jasad dan tubuh engkau atau diri engkau itu semuanya karam di dalam KalimahKu. Maka engkaupun tiada lupa memuji Aku, sebab Aku tiada lupa berbunyi HU ALLAH tiadalah lupa Aku memuji diriKu sendirinya. Dengarkanlah di dalam engkau itu yang berbunyi Wujud Zat dan itulah yang berbunyi Tik-Tik-Tik itulah bunyinya yang lebih cepat. Bahwasanya Roh itu tiada lupa kepadaNya, sehingga keluarlah cahaya Nur-Nya yang sangat terang, maka cahaya itulah yang dikatakan atau yang disebut Insan.
Maka kembalilah kita kepada Satu yang dikatakan ZATUL–BUHTI atau itulah yang dimaksud Allah Ta’ala. Sehingga menjadi Akulah pendengarannya, penglihatannya, penciumannya dan pengrasanya, maka yang empat itulah yang disebut Akulah kesemuanya. Maka itulah yang disebut engkau adalah Aku, dan Aku adalah engkau. Maka engkau tiada berpisah atau bercerai sebab disitulah yang berbunyi Wujud-Zat.
Pasal: Adapun yang terhimpun di dalam tubuh kita ini ada dua Ruh yang hendak diketahui, yaitu pertama Ruh yang dikatakan Ruhul–Kuddus, dan yang kedua dinamakan Ruhani. Adapun sebutannya Ruhul-Kuddus itu ialah HU dan sebutannya Ruhani itu ialah ALLAH. lnilah yang kita cari yang dinamakan Rahasia Allah dengan Muhammad. Jikalau engkau hendak mengetahui ilmu rahasia ini bersungguh-sungguhlah menuju jalan ini, supaya engkau selamat dunia dan akhirat. Inilah jalan rahasia Tuhan yang tersembunyi di dalam diri kita ini, dan jangan dikeluarkan kepada orang awam rahasia ini. Jangan susah-susah mencari Allah, karena Allah sudah lenyap menjadi nyawa sekalian batang tubuh, KUNHATITAH namanya diri engkau itu. Jangan susah mencari bilah, bilah ada di dalam buluh. Jangan susah mencari Allah, Allah ada di dalam tubuh. Di mana ada Nur nya tentu terputus dari yang punya Nur. Bersatu tapi tiada bersekutu, itulah antara kita dengan Allah.
Ini adalah pasal air MAUL HAYATdiambil secara mudah. Yaitu asal diri kita yakni sebelum ada apa-apa. Ibu dan bapak belum berkumpul menjadi satu. maka Allah Ta’ala memerintahkan mengambil air Maul-Hayat diarak di dalam Syurga atau dilangit dengan beberapa banyak Malaikat, lalu Jibril diperintahkan memasukkan kepada bapak kita. Setelah menerima tujuh hari dan berkumpul menjadi satu kepada ibu, sebagai besi bercampur di dalam batu. Yang dikandung selama tujuh hari oleh Bapak kita yang bernama air AL MAHMUD, dan dijatuhkan air Maul-Hayat itu di dalam rahim ibu dinamakan NUKTAH, seperti air hujan di daun keladi.
Empat puluh hari belum tersurat, tatkala delapan puluh hari di rahim ibu, waktu itu darah haid lalu dinamakan ALAQAH, kemudian lalu menjadi daging segumpal dan dinamakan MUDGAH, kemudian daging segumpal itu menjadi Alif, Ahmad pujinya. Enam puluh hari dan seterusnya cukuplah lengkap kaki dan tangan, mata dan hidung, mulut dan telinga Muhammad pujinya, tatkala cukup sembilan bulan sembiIan hari maka firman Allah Ta’ala :
Dengan izin Allah lalu keluarlah ke dunia dan waktu lahir itulah dia yang mengatakan Allah Ta’ala Aku – Aku -Aku.
Berkata Rasulullah SAW: “Pada ketika telah membuat kesalahan Nabi Adam, ia bertobat kepada Tuhan dan berkata ; “Wahai Tuhan, saya mohon kepadamu dengan hak Muhammad supaya engkau mengampuni alku“, Maka Tuhan menjawab : “Hai Adam bagaimana engkau mengetahui Muhammad, sedangkan ia belum Kujadikan?” Nabi adam menjawab ; “Wahai Tuhan setelah engkau jadikan saya, saya mengangkat kcpala melihat ke Tiang atas di mana tertulis kalimat: “LAILAHAILALLAH MUHAMMADRASULULLAH” Maka saya tahu bahwa engkau tidak akan menyertakan nama Mu kecuali nama orang yang engkau kasihi”. Maka Tuhan menjawab : “Engkau benar, hai Adam, ia adalah seorang laki-Iaki yang paling Aku kasihi, kalau engkau memohon kepadaKu haknya, engkau Aku ampuni, kalau bukan karena dia, engkau tidak akan kujadikan” (Hadits riwayat Baihaqi dalam kitab Dalailu Nubuyah Imam Hakim dan Thabrani)
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, carilah jalan yang menjurus dan bisa menyampaikan engkau kepada Allah dan setelah engkau temukan, maka bersungguh-sungguhlah engkau niscaya engkau telah dikasihinya” (AI Maidah ; 35)
Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami telah menyerahkan amanah itu kepada langit, bumi dan semua gunung-gunung, tetapi tiada satu yang akan menerimanya, karena takutnya. Maka diterimalah oleh manusia. Dengan demikian, maka oleh manusia itu apabila ditinggalkan (dilalaikan)-nya, maka ia telah menganiaya dirinya sendiri“.
Di dalam pengertian tentang apa yang dikatakan amanah itu telah dijelaskan dalam kitab IHYA’ULUMUDDIN karangan Imamul Gazali, sebagai berikut:
Artinya : “Yang dikatakan amanah itu ialah Ma’rifat Hakiki dan Tauhid Hakiki“. Kemudian Allah mengingatkan di dalam AI Qur’an mengatakan :
“Hai orang-orang yang beriman, jangan engkau mendustai Allah karena engkau merusak janji Tauhidmu kepada Allah ketika dijadikanmu, dan engkau mencintai Rasul karena engkau merusak janji pelaksanaan serta engkau telah mendustai dirimu sendiri”
Kemudian Tuhan menjanjikan untuk menampakkan dirinya kepada kita dengan firmannya:
Artinya : “Saya akan menampakkan diriKu kepadamu semua, sebagai bukti apakah aku berada di angkasa, ataukah dalam dirimu sendiri, Hingga jelas benar bagimu, bahwa Tuhan itu benar-benar ada”.
Kemudian di dalam salah sebuah hadits Qudsi Tuhan barkata :
“Manusia itu adalah RahasiaKu dan saya adalah Rahasia manusia itu sendiri”
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang mengenal akan dirinya, niscaya ia telah mengenal Tuhan dengan Rasulnya, dan mengenal akan dirinya itu adalah fardu ain (fardu yang tertentu) bagi tiap-tiap manusia“.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya mengenal akan diri itu tiada akan sempurna apabila dengan alam akal, tetapi akan sempurna dengan Nur yang telah ditanamkan Allah SWT di dalam hati hambanya. Dalam rangka mengenal akan diri itu ada dua hal yang sangat terpisah dan bertentangan maksudnya.
Pertama: Sebuah dalil sebelum Rasulullah SAW ada sebuah dalil berbunyi sebagai berikut :
“Asal kita semua dari Nabi Adam sedangkan, Nabi Adam itu berasal dari tanah“.
Jadi apabila kita mengambil dasar dalil dalil ini, nyatalah bahwa anasar kita dari empat halus, yaitu : Api, Angin, Air dan Tanah. Apabila hal tersebut di atas kita perinci, berarti bahwa : Rahasianya adalah Api, Ruhnya adalah Angin, Hatinya adalah Air, dan Tubuhnya adalah Tanah.
Kedua : Sebuah dalil yang berasal dari Rasulullah SAW setelah ia lahir, beliau bersabda :
“Saya berasal dari Allah dan Alam semesta itu adalah diri saya adanya“.
Jika kita teliti secara ilmiah dengan dasar dalil yang kedua itu wajib kita jadikan dasar sebab benar-benar berasal dari pada Allah dan asal dari pada ke empat anasar tersebut pada dalil pertama diatas. Adapun dalil kedua ini jelas benar bagi kita, bahwa benar kita berasal dari Allah dengan kenyataan sebagai berikut; bahwa dalam tubuh kita terdapat tiga unsur pokok :
- ADAM : Bertubuh Hati, Ruh dan Rahasia.
- MUHAMMAD : Bersyariat, Tarikat, Hakikat dan Marifat.
- ALLAH TAALA : Berzat, Sifat, Nama dan Rahasia.
Apabila ketiga unsur pokok tersebut di atas diperinci, menjadi dua belas, kemudian di Tauhidkan, dan Tauhidnya menjadikan tiga belas. Dengan ketiga unsur pokok di atas, sangat jelas bagi kita, bahwa dalil kedua itu adalah bukti bahwa ke empat anasar (halus) tersebut. Pada dalil pertama itu, berasal dari kita. Bukan kita berasal dari ke empat anasar itu.
Ma‘rifatHakiki_______________________
Arti dari pada ma’rifat hakiki itu ialah mengenal diri tetul-betul berasaldari pada Allah (kadim) ke akhir, kemudian kembali kepada kadim lagi (kepada Allah), sebagaimana Rasulullah bersabda: “Kami berasal dari pada Allah dan kepadanya pula kami akan kembali“. di dalam pengertian yang di katakan ma’rifat hakiki itu ada tiga faktor yang sangat penting:
Yang dinamakan “Ahadiyah” (maha tunggal) AllahSWT diumpamakan laut yang tiada bergelombang. ialah adanya Tuhan yang maha Suci dan maha tinggi, tiada martabat di atasnya malah semua martabat adalah di bawahnya saja. Dengan dikatakannya “Lata’yun” (belum tentu) itu, sebenarnya oleh karena pada masa itu kita manusia memang sudah ada dan tiada terpisah dengan Tuhan. Berarti kita sudah berada dalam Rahasia AI1ah SWT. Tetapi oleh karena Alla.hSWT belum mau nampak (nyata), maka kita belum dinampakkan pula. Jadi sejak “Lata’yun” kita manusia itu, sudah tetap dalam Rahasia Allah SWT tetapi belum ada pengkuan apa-apa karna belum nampak dan dinampakkan.
Titik yang mengelilingi semua yang ada, serta mengitarinya palakia (Nujum) serta pendengaran dan penglihatan. Bukankah, Allah SWT mengelilingi semua yang ada, sama dengan mengitarinya putih kertas dalam kertas itu sendiri ?
Yang dikatakan “Ta’yun Awal” itu ialah : Ibarat kita mengenal Allah dengan Zat, Sifat dan semua yang ada, atas mula yang berjumlah dan tiada berlainan antara satu sama lain martabat ini dinamakan “Wahdat” (tunggal) dan asal mula semua yang ada.
Relas : Pada ketika Tuhan telah mempunyai keinginan mengadakan (menampakkan) dirinya, maka dinampakkan-Nyalah manusia itu dahulu (Titik) itu di dalam dirinya sendiri, seraya melihat dan berkata: “Tahukah engkau bahwasanya akulah Tuhanmu?” Maka kita segera menjawabnya: “Benar! Engkaulah Tuhan kami“. Setelah pengakuan bersama itu terjadi, maka tuhan berkata : “Hai pada saat ini aku akan mengambil empat macam Halus dari tubuhmu kujadikan Alam, agar engkau tempati kelak“. Maka kita menjawab ucapan Tuhan itu, artinya : “Tiada kemauan dan kekuatanku selain Allah“. Setelah ucapan itu diucapkan maka Allah mengambil ke empat halus itu, yakni : mengambil dari Rahasia kita untuk dijadikan Api, mengambil dari Ruh untuk dijadikan Angin, mengambil dari Hati untuk dijadikan Air, dan mengamhil dari Tubuh untuk dijadikan Tanah. Kemudian dijadikannya alam bersama isinya oleh Allah SWT. Adapun setelah pengambilan keempat anasar alam tersebut, maka titik yang tadinya itu mengembang di tempat itu sendiri hingga menjadi banyak dan besar, dinamakanlah Alif.
Alif pada zat menyelubungi semua rahasia yang ada, artinya sekalipun syarat diselubunginya. Ah ! Bukankah mengelilingi segala sesuatu yang ada, sebagaimana kengelilingnya perak pada cincin itu sendiri.
Yang dikatakan “Wahidia” (mentauhidkan) ialah seumpama laut dengan gelombang. Sesungguhnya Allah SWT Tuhan yang maha Suci lagi maha Tinggi diumpamakan laut, sedangkan semua yang ada diumpamakan gelombang. Adapum gelombang itu, tiada di atas laut dengan tiada selain dari laut. Demikianlah tauhid orang-orang yang ma’arif kepada Allah SWT. Tetapi perkataan ini lemah, karena sesungguhnya jalan yang ditempuh orang-orang ma’arif kepada Allah itu berada di belakang akal.
“Ta’yin sani” ialah : umpama kita mengenal Allah SWT dengan zat, sifat dan semua yang ada atas kelainan, maka berlainan antara satu dengan yang lain. Martabat ini dinamakan Wahidia serta asal mula semua manusia. Ini tiga martabat semuanya adalah kadim. Serta terdahulu atau terbelakangnya, itu hanya oleh karena perkataan saja, bukan karena waktu. Ketika kita mengatakan احدية (Ahadiyat) maha tunggal وحدة (Wahdat) tunggal واحدية (Wahdiyat) Dan ketika mengatakan لاتعين (Lata’yin) belum tentu اول تعين (Awal Ta’yin) ketentuan pertama تعينالثانى (Ta’yin Sani) ketentuan kedua. Ketika mengatakan ketiga martabat itu semuanya adalah kadim, sedangkan terdahulu atau terbelakangnya itu hanya dari perkataan saja, bukan karena waktu. Karena sesungguhnya, laut yang tiada bergelombang itu, di situ juga. terdapat satu gelombang dan dinamakan titik. Dengan titik itu juga yang berkembang menjadi banyak, maka dinamakan Alif. Jadi hakekatnya satu saja, tetapi tiada dalam sebutan.
Relas: Setelah dimengerti betul-betul serta menjadi patokan dalam hati sanubari, tiada pernah terpisah dengan Allah SWT dari awal yang tiada berawal hingga kepada akhir yang tiada berakhir nanti, serta Tauhid telah sempurna. Maka jagalah sebaik-baiknya, tidak bersama hati kita kiranya jangan kemasukan syaitan lagi niscaya jangan kotor. Sebab apabila hati kotor, tidak sembarang bicara, maka rusaklah i’tikad. Tentunya menjadi lagi syaitan berkuasa, atau jin. Secara otomatis dapat menjadi syaitan, atau jin lagi. Sedangkan muka tetap berwajah manusia.