Kitab Babul Haq Tanda-Tanda Sakaratul Maut

 

​TANDA TANDA SAKARATUL MAUT

Pertama: Sulbi kita terasa Sakit seperti ditusuk dengan jarum sampai keubun-ubun, sakitnya luar biasa dan telinga kita mendengar suara tembakan satu kali, maka segeralah kita ucapkan YA HU. Allah memberikan tanda bahwa umur kita tinggal 40 hari.
Kedua: Apabila dari mata kita keluar cahaya yang putih, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kemudian berubah menjadi seorang Insan yang berpakaian amat indah menghadap kepada kita. Apabila jelas tanda ini datang dari pada kita, maka segeralah ucapkan ALLAH HAKKUL HAK. Tanda ini Allah menyatakan bahwa umur kita tingal 7 hari lagi.
Ketiga: Apabila telah keluar dari mulut kita suatu cahaya yang sangat bersinar, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kemudian berubah menjadi ujud kita atau serupa dengan kita, dan bersamaan dengan itu tercium bau yang sangat harum. Jikalau tanda ini jelas datangnya dari diri kita maka ucapkanlah : ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN. Tanda ini Allah memberitahukan bahwa umur kita tinggal 3 hari lagi. Maka beramanatlah kita kepada sanak-saudara dan jangan lagi kita lalai dari amalan-amalan yang sering kita lakukan.
Keempat: Apabila sudah sampai kepada yang terakhir, maka berjagalah kita dan jangan lalai dengan dzikir nafas yang keluar masuk, sambil menunggu tanda yang terakhir. Manakala telinga kita berdengung yang sangat panjang, kemudian mata kita berubah menjadi kabur-kabur, kemudian penglihatan kita menjadi gelap semata-mata dan di dalam kegelapan itu terpandang kita suatu titik cahaya, kemudian berubah pula penglihatan kita menjadi terang benderang penuh semesta alam, maka tenangkanlah hati kita dan berdzikirlah karena kita sedang berhadapan dengan NUR ALLAH. Terakhir pendengaran kita mendengung lagi dan mata kita rasa mengantuk, kemudian tangan kita kita angkat seperti orang yang Takbir seraya mengucapkan ALLAHU AKBAR atau LA ILAHA ILLA ALLAH. Adapun mengenal akan tuhan itu sekali-kali tiada boleh dengan usaha dan ikhtiar dari pada hamba, melainkan dengan anugrahnya jua kepada hambanya, seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
Aku kenal Tuhanku yakni dengan anugrahnya jua kepadaku“.
Maka barang siapa mengenal ia akan dirinya dengan sesungguhnya, niscaya mengenal ia akan Tuhannya. Dan barang. siapa mengenal ia akan Tuhannya, niscaya ia jahil akan dirinya.
Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Terlebih mengenal akan Tuhannya itulah yang terlebih mengenaI akan dirinya”.
Karena takluk ma’rifat itu, yaitu kepada mengenal diri dan mengenal diri itu takluk kepada mengenal zat Allah Ta’ala. Adapun mengenal Allah itu sekali-kali tiada dapat dikenal oleh hambanya, hanya yang dapat mengenal melainkan dengan Nur Muhammad yang misra pada hati dan Ruh, dan seluruh batang tubuh. Hanya itulah yang dapat mengenal kepada zat yang Wajibul Wujud lagi suci yaitulah sebenar￾benarnya Wujud-Hak dan Wujud Mutlak, kerna yang dikenal itulah yang mengenal artinya Nur dengan Nurnya jua atau diri dengan Dirinya jua, karena mengenal yang demikian itu bukan saja kita kata dan bukan saja kita baca dengan lidah, hanya kita tahu dan ingat pada sir hati, itulah artinya jalan mengenal dan ma’rifat.
Pasal : Menyatakan maqam yang seperti Anbiya dan Auliya yang sampai kepada megenal zat Allah Ta’ala dengan sebab memandang dan memusyahadahkan Nur Muhammad. Yaitulah Anbiya dan Aulia yang dinama: dibawah qadim Nabi SAW, karena ia memusyahadahkan Nur Muhammad dengan kata nya : Musyahadahkanlah oleh kamu akan Nur Muhammad itu yang misra ia pada sekalian Ruh dan batang tubuhmu yang seperti misranya air dengan tumbuh-tumbuhan. Insya Allah akan dibukakan oleh Allah akan kamu untuk dapat melilhat akan keelokan zatnya yang Wajibal Wujud lagi yang suci. Karena zat Allah itu tiada dapat sekali-kali diKenal akan hambanya. Hanya yang dapat mengenal melainkan dengan Nur-Nya yang misra ia pada hati dengan wasitah Nur Muhammad karena hanya itulah yang dapat mengenal kepada zatnya yang Wajibul Wujud, karena yang mengenal yaitulah yang dikenal, artinya aku kenal Tuhanku dengan Tuhanku, maksudnya Nur dengan Nurnya, diri dengan dirinya, seperti dalil yang mengatakan :
Barang siapa mengenal akan dirinya maka sesungguhnya  َم ْن َ ع َر َف نَف mengenal ia akan Tuhannya
Pasal : Menyatakan mengesakan Allah pada Ap’alnya. Maka apabila ia tetap pada pandangan mata hatinya, bahwa sesungguhnya sekalian perbuatan yang berlaku di dalam alam ini semuanya perbuatan Allah Ta’ala dengan Hakkul Yakin. Barulah engkau mendapat ma’rifat Wahdaniyah Ap’al Allah dan fana sekalian Ap’al mahluk. Maka lepaslah engkau dari pada syirik khafi seperti firman Allah:
Allah Ta’ala jua yang menjadikan kamu dan segala perbuatan kamu“.
Tiada perbuatan makhluk hanya semata-mata perbuatan Allah jua dalam semesta sekalian alam ini.
Pasal : Menyatakan sebelum adanya bumi dan langit Arasy dan Kursyi, Luh dan Kalam, melainkan zat Allah jua yang ada sendirinya lagi ia qadim semata. Pada martabat LA TA’YUN lagi ia Wujud Mutlak maka ia bernama HU. Pada martabat TAYINAWAL itupun qadim jua semata. Maka setelah itu pada ma’lumnya maka ia hendak menjadikan dan merupakan manusia maka ia titik didalamnya Nur Muhammad, yaitulah RUH IDAFI selagi ia maujud pada KUNHIZAT Allah, maka Ruh Idafi itu menjadi Alam Sawun, maka wujud Allah itu bernama ALLAH. Pada martabat TA’YIN SANI ia qadim jua semata, maka setelah ia bernama Muhammad SAW dan Allah itu bernama RAHMAN Dan pada martabat salasa itu maka keluarlah alam itu yaitulah berupa huruf yaitu empat huruf MIM-HA-MIM- DAL = MUHAMMAD = Maka alam itu bernama A’YAN SYABITAH artinya kenyataan yang tetap, artinya telah nyata rupa manusia, maka Allah itu bernama ARRAHIM. Adapun alam itu ada empat yaitu : Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ajsam dan Alam Insan. Sedangkan RUH itu ada empat macam pula yaitu : Ruh Idafi, Ruh Rahmani, Ruh Ruhani dan Ruh Jasmani, yaitulah asal kejadian badan Muhammad.
– Adapun Ruh Idafi itulah yang menjadi mata Muhammad.
– Adapun Ruh Rahmani itulah yang menjadi darah Muhammad.
– Adapun Ruh Ruhani itulah yang menjadi tulang Muhammad.
– Adapun Ruh Jasmani itulah yang menjadi daging Muhammad.
– Adapun Ruh Idafi itu nasarnya jadi Api.
– Adapun Ruh Rahmani itulah nasarnya jadi Angin
– Adapun Ruh Ruhani itu nasarnya jadi Air.
– Adapun Ruh Jasmani itu nasarnya jadi Tanah, Maka itulah asal kejadian sekalian manusia ini, hendaklah diketahui.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Insan itu ialah Ruh dan Ruh itu ialah Allah Taala dan Allah Ta’ala itu ialah sebenar-benarnya Zat yang Wajibul Wujud. Firman Allah Ta’ala dalam hadits Qudsi :
Aku jadikan engkau Ya Muhammad karena Aku dan Aku jadikan segala sesuatunya karena engkau Ya Muhammad
Dan lagi firman Allah Taala dalam hadits qudsi yang artinya: Zat Allah dan Sifatnya dan Asma’nya dan Afaalnya itu ghaib pada alam yang empat itu ;
  •  Adapun Zat Allah itu ghaib pada Alam Ruh.
  •  Adapun Sifat Allah itu ghaib pada Alam Misyal
  •  Adapun Asma Allah itu gaib pada Alam Ajsam.
  •  Adapun Ap’al Allah itu ghaib pada Alam Insan.
  •  Adapun Zat Allah itu pada martabat Ruh bernama Nur.
  •  Adapun Sif’at Allah itu pada martabat alam Misyal bernama Kezahiran
  •  Adapun Asma Allah itu pada martabat AIam Ajsam bernama Muzahir
  •  Adapun Ap’al Allah itu pada martabat Alam Insan bernama Jama’.
Kesemuanya itu tiada bercerai dari pada asal, maka Maujudlah Zat, Sifat, Asma dan Ap’al pada alam yang empat itu, yaitulah Muhammad. maka ia kuasa sendirinya yaitulah fi’il Muhammad; wujudnya ma’rifat, lakunya suci, jalannya sempurna, tempatnya halus, sifatnya syukur. Janganlah hendaknya perkataan ini diasa-asakan saja karena ilmu ini bukan mudah dan hendaknya ilmu ini benar-benar kita ajarkan kepada guru-guru yang ahlinya supaya syah’ ilmunya.
Pasal : Menyatakan alam yang empat perkara itu yaitu Alam Ruh, Alam Misyal, Alam Ajsam dan Alam lnsan. Adapun -Ruh Idhafi, Ruh Rahmani, Ruh Ruhani dan Ruh Jasmani yaitulah asal dari pada kejadian jasad Muhammad dan jasad sekalian kita ini, artinya jasadku itu adalah jasad engkau dan jasad engkau itu adalah melalui jasad ku jua.
Pasal : Menyatakan cermin Tuhan kepada kita ini. Adapun yang diumpamakan cermin itu ialah Sifat Muhammad wujud yang fana dan wujud yang baqa. Adapun rupa yang di dalam cermin itu ialah wujud haq dan wujud mutlaq. Maka hendaklah yang diketahui yang dikatakan wujud Haq dan wujud mutlaq itu, yaitulah yang sebenar benarnya Zat yang Wajibal Wujud. Maka apabila ia tahu yang demikian itu tiada lagi jalan yang lebih dari pada itu, jalan dan perhimpunan akan Sakaratul Maut, maka Ruhnya keluar sendirinya seperti nafasnya HUALLAH artinya AKU ALLAH.
Pasal : Menyatakan, asal dari pada kejadian Allah Ta’ala itu, yaitu tiada sekali-kali. menghendaki hidup dan makan dan minum, hanya ia hidup dengan sendirinya tiada yang menghidupi. Yang dimaksud dengan hidup dengan sendirinya itu ialah yang sebenar-benarnya Ruh, dan Ruh itu ialah sebenar-benarnya Allah Taala dan sebenar-benarnya Allah Ta’ala itu ialah sebenar-benarnya Muhammad, dan Muhammad itu ialah yang hidup, dan yang hidup ialah sebenar-benarnya Insan yang Kamil atau sebenar-benarnya diri yang kamil atau sempurna.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Insan itu ialah Ruh dan Ruh itu ialah Allah dan Allah itu ialah Muhammad dan Muhammad itu ialah yang sebenar-benarnya Zat yang Wajibal Wujud, yaitulah yang sebenar-benarnya WujudHaq dan Wujud Mutlaq.
Pasal : Menyatakan pertemuan Tuhan dengan Hambanya Tuhan di dalam Muhammad artinya nyawa Muhammad yaitu selagi KUNZATbelum bernama Muhammad dan belum bernama Allah, maka Allah gaib kepada Muhammad dan Muhammad pun gaib kepada AlIah, Karena ia berdiri dengan sendirinya, yaitu ALIF dan alif itu KUNZATnamanya selagi ia Tuhan sendirinya, yaitulah sebenar-benarnya nyawa kita.
Pasal : Menyatakan Ruh Jasmani itu ialah tubuh Ronani dan tubuh RuhIdhofi, maka ia menjadi esa dengan esanya karna Ruh Idhafi itu ialah tubuh Rohani yaitulah Tuhan, nyawa kepada kita.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Insan. Maka hendaklah diketahui lebih dahulu supaya sempurna dunia dan akhirat. Adapun yang bernama Insan itu ialah pertemuan antara ujung dengan pohon iyaitu hidup tiada mati tubuh manusia ini apabila sudah diketahui maka sempurnalah ilmunya ini. Adapun yang sebenar-benarnya insan itu ialah yang di dalam mata, yang bernama nafas. Adapun yang di dalam otak itu ialah yang bernama Ruh Jasmani. Adapun yang di dalam jantung itu ialah yang bernama Ruhani. Adapun yang di dalam hati itu ialah yang bernama Nurani, yaitulah nyawa kita. Adapun mata yang melihat itu ialah yang sebenar-benarnya Insan yang bernama Muhaammad Nafsi. Adapun yang di dalam otak itu ialah Allah yang bemama Ruh Jasmani. Adapun yang dalam jantung itu ialah Rasulullah yang bernama Ruhani. Adapun yang di dalam hati itu ialah Nur Zat Allah yang bemama Muhammad. Yaitulah yang sebenar-benarnya Insan Kamil sebenar-benarnya diri. Itulah yang sebenar-benarnya zat Wajibal wujud lagi yang suci, yaitulah yang sebenar-benarnya Wujud Mutlaq.
Pasal : Adapun yang sebenar-benarnya diri itu ialah Hayat, dan Hayat itu ialah Ruh, dan Ruh itu ialah Nafas, dan Nafas itu ialah Allah dan Allah itu ialah Muhammad, dan Muhammad itu ialah yang sebenar-benarnya diri. Adapun Ruhani, Allah Ta’ala menjadi nyawa, dan nyawa ialah menjadi Muhammad. Karena itu Hayat, Ruh, Nafas, Allah Ta’ala, Nyawa artinya Muhammad ujudnya atau jasadnya, karena tiada hidup jasad melainkan dengan nyawa dan tiada hidup nyawa melainkan dengan jasad. Adapun yang bernama Allah itu ialah kehendak, yang bernama kehendak itu ialah hidup, yang bernama hidup ialah Ruh, yang bernama Ruh itu ialah Allah, yang bernama Allah itu ialah Muhammad, yang bernama Muhammad itu ialah yang hidup, yang bernama hidup itu ialah Zat yang Wajibul Wujud, yaitulah yang sebenar-benarnya Wujud Haq dan Wujud Mutlaq.
Pasal : Menyatakan Sir Tuhan yaitulah yang sebenar-benarnya nyawa kepada kita ini, tempatnya pada hati, itulah sebenar-benarnya Allah Ta’ala. Maka tatkala itu Tuhan berpandang-pandangan dengan Sir Tuhan, maka ia menjadi esa dengan esanya, yaitulah Tuhan yang hidup ditubuh di dalam hati. Maka ia tahu dan kuasa dan berkehendak dan mendengar dan melihat dan berkata-kata. Yaitulah keadaan hidup sekalian kita ini, hanya semata-mata menerima nugrahanya jua.
Pasal : Menyatakan sebenar benarnya hidup manusia ini tiada putus-putusnya menerima anugerah Allah Ta’ala. Demikianlah sebenar-benarnya hidup manusia. Artinya : hidup manusia itu ialah sebenar-benarnya Insan Kamil atau sebenar-benarnya diri yang sempurna. Itulah artinya hidup manusia ini hanya semata-mata menerima anugerah Allah Ta’ala.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Ruh itu ialah Allah dan Allah Ta’ala itu ialah sebenar-benarnya Muhammad, dan Muhammad itu ialah sebenar-benarnya zat-nya yang Wajibul Wujud. Itulah sebenar-benarnya Wujud Haq dan Wujud Mutlaq. Karena Muhammad itu sekata dengan Tuhan dan Tuhan pun sekata dengan Allah, karena yang bernama Allah itu ialah sebenar-benarnya Muhammad.
Pasal : Menyatakan asal Allah Ta’ala yang mutlaq kepada zatnya, artinya Allah Ta’ala itu hidup sendirinya, menghukumkan sendirinya, memuji sendirinya, meliputi sendirinya. Mutlaq artinya nyata rupanya sendirinya, saksi ia sendirinya, yaitulah zat-nya yang Wajibul Wujud lagi yang suci, itulah yang sebenar-benarnya Muhammad akan jasadnya, yaitulah yang hidup, itulah sebenar-benarnya Insan yang Kamil.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Insan itu ialah Hayat, dan Hayat itu adalah Ruh, dan Ruh itu adalah Nafas, dan Nafas itu ialah Muhammad, dan itu Muhammad ialah sebenar-benarnya Insan yang Kamil atau sebenar-benarnya diri yang sempurna.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Insan itu ialah pertemuan antara ujung dengan pohon, itulah hidup tiada mati tubuh manusia itu apabila sudah diketahuinya yang bernama Insan itu dan sempurnalah ilmunya itu. Adapun sebenar-benarnya Insan itu di dalam hatinya, yaitulah sebenar-benarnya Nur-Zat Allah yang bernama Muhammad . Itulah sebenar-benarnya Insan atau sebenar-benarnya diri.
Pasal : Menyatakan jalan orang maqam Hakikat, yaitulah orang yang tiada sekali-kali berkehendak dengan mengucap zikir yang zahir seperti LA lLAHA ILLA ALLAH, karena dipandangnya di dalam alam ini tiada ada yang maujud, hanya Allah itu yang hadir senantiasa dalam hatinya dan pada sekalian ruh dan batang tubuhnya. Hanya senantiasa ia ingat akan tubuhnya, dirinya seperti katanya’ ALLAH –ALLAH pada sir Hatinya. Itulah artinya diri mengenal diri, itulah yang senantiasa diperbuatnya sampai akhir hayatnya. itulah jalan orang maqam hakikat, itulah jalan untuk ma’rifat, maka hendaklah diketahui yang demikian itu.
Pasal : Menyatakan Sir Tuhan itu ialah sebenar benarnya nyawa kepada kita, tempatnya pada hati, itulah sebenar-benarnya Allah Ta’ala. Maka tatkala itu Tuhan berpandang-pandangan dengan Sir Tuhan, maka ia menjadi esa dengan esanya, karena Muhammad itu sekata ia dengan Tuhan, Tuhanpun Sekata dengan Allah Kerana yang bernama Allah itu ialah sebenar-benarnya Muhammad dan Muhammad itu ialah sebenar-benarnya Zat-nya yang Wajibul Wujud.
Pasal : Menyatakan barang siapa hendak membawa badan jangan tertinggal dengan nyawa, maka banyaklah nafas yang kanan dengan nafas yang kiri, maka mengucap zikir seperti katanya ILA ILAHA ILLA ALLAH, maka sesudah nafi yang dikehendaki itu maka dilepaskanlah badan kita dari hak milik Allah Ta’ala, maka jangan tertinggal atau terganti, ingatkanlah kalimat Syahadat, itulah yang mengandung Zat -Sifat, Asma dan Ap’af. Alam Misyal yang bersyahadat, Alam Jisim akan tempatnya, Alam Insan akan kesempurnaan dirinya. Sebut menyebut nama wujud yang zahir, seperti katanya : ASYHADU AN LAILAHA ILLA ALLAH tajalli artinya bertubuh WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH bersifat artinya berfi’il. Maka barang siapa mengucap yang tersebut itu yaitulah yang dikatakan Sunah artinya badanku jua. Itulah artinya badan kita dilepaskan dari pada hak milik Allah Ta’ala.
Pasal : Menyatakan asal dari pada kejadian sekalian manusia ini pada hak adanya. Maka tatkala lagi hak itu terang tiada terhingga, terang itu hak namanya. Sudah keluar ma’lumAllah berdiri seperti Alif jadi Gairullahnamanya. Sudah keluar Sir didalam yang seperti Alif itu Kun Hibratnamanya, sudah berkata Kun Zatnamanya, maka bergaib pada Muhammad itulah namanya, maka di dalam Muhammad itu berkata PAYAKUN, maka jadilah Ruh sekalian manusia ini, air setitik bumi sekepal, maka nama Allah tatkala di dalam Muhammad itu, sudah zahir kedunia bernama Muhammad Rasululah. Yaitulah asal kejadian segala manusia ini pada hak adanya, jangan syak lagi akan perkataan ini.
Pasal : Adapun awal Muhammad itu Nurani yaitu Nyawa kepada kita. Menyatakan asal kejadian sekalian kita ini dari pada kejadian Awal Muhammad dan akhir Muhammad dan zahir Muhammad dan batin Muhammad, itulah asal kejadian sekalian kita ini dari pada Hak adanya.
⚪ Adapun akhir Muhammad itu Ruhani yaitu Hati kepada kita
⚪ Adapun zahir Muhammad itu Insani yaitu Tubuh kepada kita
⚪Adapun batin Muhammad itu
⚪Rabbani yaitu Rahsia kepada kita. Adapun yang dimaksud dengan Rahsia itu yaitu batinku itu batin engkau dan batin engkau itu yaitu melulu batinku jua. Karena Nurani itu Esa dengan Ruhani, dan Ruhani itu esa ia dengan Insani, maka ia menjadi esa dengan esanya. artinya Nyawa itu bertubuh kepada hati, dan hati itu betubuh kepada jasad, maka ia esa dengan esanya, karena tiada hidup nyawa melainkan dengan hati, dan tiada hidup hati melainkan dengan jasad. Maka hiduplah jasad hidup dengan hidupnya jua, artinya hidupku itu ialah hidup engkau dan hidup engkau itu melulu hidupku jua. Maka itulah asal kejadian kita ini, jangan syak lagi akan perkataan ini.
Pasal : Menyatakan sebenar-benarnya mata hati itu ialah nyawa dan nyawa itu ialah sebenar-benarnya Allah Ta’ala, artinya Allah Ta’ala itu yang hidup senantiasa pada hati, pada sekalian ruh dan batang tubuh. Yaitulah sebenar-benarnya mata hati yang luas pandangan dan penglihatannya dan tahu barang sebagainya apa juapun, sehelai rambutpun tiada kelindungan, itulah sebenar-benarnya mata hati.
Pasal : Menyatakan keadaan Nyawa kita di dalam tubuh di dalam hati sanubari yang maha tajam, maka ia senantiasa berulang-ulang di dalam jantung. Hanya dipandangnya di dalam alam ini, tiada ada yang maujud hanya Sanya senantiasa ia ingat akan zat-nya atau dirinya seperti kata ALLAHALLAH pada Sir hatinya Yaitulah artinya diri mengenal diri. Hal ini senantiasa diperbuatnya sampai akhir hayatnya, karena mengenal yang seperti itu bukan kita kata dan bukan kita baca dengan lidah, hanya ingat dan tahu pada Sir hati. Itulah artinya jalan mengenal dan ma’rifat.
Pasal : Menyatakan zikir ALLAHALLAH itu, yaitu zikir Sir namanya atau perbuatan Ruhani, yaitulah hati. Bermula zikir ALLAHALLAH itu terlebih afdal dari pada orang maqam syariat, karena tiada sekali-kali berdiri sifat ketuhanan pada makhluk. Karena dipandangnya di dalam alam ini tiada ada yang maujud, hanya ia ingat akan Zat-nya semata-mata, seperti katanya ALLAH –ALLAH pada Sir hatinya.
Pasal : Menyatakan keadaan tubuh kita didalam kubur sesudah orang yang mengantar kekubur telah pulang, maka ada seorang yang datang kepada kita, yaitulah Ruh kita jua. Maka ia bertanya kepada kita YA MAN HUWA artinya siapakah engkau ini, maka jawab olehmu dengan segera dengan kata : ALLAH MUHAMMAD JASADKU : maksudnya aku jua pang ini. Maka terus dibawa langsung kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yaitulah yang hilang jasadnya dalam kubur, yaitulah yang hidup tiada mati jasadnya apabila sudah diketahui ilmu ini.
Pasal : Menyatakan yang sebenar-benarnya Alif yaitu Alif Istignanamanya, yaitulah Tuhan yang kuasa, itulah yang asyik mengasyik pandang memandang dengan nyawa, tiada berkesudahan lagi dan nyawa tiada berkesudahan jua memandang kepada Tuhannya. Maka disanalah ia seketika lenyap, maka ia menilik suatu yang terang yang tiada terhingga terangnya dan kebesarannya, hening dan suci dengan kesempurnaanya. Yaitulah keatas atau kebawah, kekanan atau kekiri atau kebelakang. Maka adalah berdiri seperti AlifAlifIstignanamanya, yaitulah Zatnya yang Wajibul Wujud yaitulah Muhammad dan Muhammad itu ialah yang sebenar-benarnya Wujud Mutlaq dan Wujud Haq.
Pasal : Menyatakan martabat yang melepaskan dari pada syirik khafi yaitulah seperti martabat orang yang Hawasul Hawas, yang terlebih tinggi dari pada orang Muqarrabin, yaitulah orang yang tiada ada sekali-kali melihat ada daya upaya, hanya sanya segala perbuatan amal ibadatnya itu nikmat dari pada Allah kepada Allah, seperti firman Allah : “Barang yang ada dengan kamu itu yaitu nikmat adalah dari pada Allah jua“.
Dan ridha segala perbuatannya kepada Allah dan kekal dengan Allah dan berserah diri kepadanya, dan dihadirkan hati sertanya selama-lamanya dan syukur atas segala nikmatnya, dan membaiki adab sertanya pada zahir dan batin. Inilah keramat yang besar.
Pasal : Martabat yang sampai kepada Allah untuk menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya, yaitu orang yang berbuat ibadat ikhlas dirinya bagi Allah. menyatakan martabat kita hendak sampai kepada Allah Ta’ala, ada empat martabat:
▪ Martabat sampai kepada Ap’al Allah Ta’ala, yaitu orang yang memandang bahwasanya segala perbuatan itu terbit dari pada Allah Ta’ala jua dan fana perbuatan dirinya.
▪ Martabat sampai kepada sifat Allah Ta’ala, yaitu orang yang memandang bahwasanya tiada yang hidup dalam alam ini hanya Allah Ta’ala jua sendirinya.
▪ Martabat sampai kepada Zat Allah Ta’ala, yaitu orang yang memandang bahwasanya tiada ada yang maujud di dalam alam ini hanya sanya Allah Ta’ala jua sendirinya. Maka inilah martabat yang lepas dari syirik khafi.
Pasal : menyatakan martabat kita yang seperti martabat orang muntahi, yaitulah orang yang memaandang dari pada Allah kepada Allah dan ma’na kepadanya : LA MAUJUDAN BI HAQQI ILLAL LAH : artinya tiada ada yang maujud didalam alam ini dengan sebenar-benarnya melainkan Allah Ta’ala jua sendirinya, maka martabat inilah yang lepas dari syirik khafi. Adapun pada menyatakan ikhlas beramal dan beribadat seperti ikhlasnya orang muntahi itu ialah orang yang tiada sekali-kali memandang bagi dirinya dan segala perbuatan ibadatnya dan segala perbuatan lainnya hanya sanya dipandang fi’il kelakuan Allah Ta’ala jua yang berlaku kepadanya Seperti derajat hakikat fana sekalian wujud yang zahir dari pada pandangan mata hatinya. Hanya sanya yang maujud di dalam alam ini Allah Ta’ala jua sendirinya.
Pasal : Menyatakan sembahyang orang hakikat itu, ialah orang yang Tiada sekali-kali memandang bagi dirinya akan segala perbuatan amal ibadatnya, hanya sanya dipandangnya fi’il kelakuan Allah Ta’ala jua yang berlaku kepada dirinya itu yang ditakdirkan pada azali sebelum ia dijadikan. Hanya dipandang bagi dirinya itu hanya ilat yang seperti kalam pada orang yang menyurat. Hanya dipandangnya segala perbuatan amal ibadatnya itu MINAL LAHI BIL LAHI -LlL LAHI artinya dari pada Allah dengan Allah bagi Allah. Itulah orang yang lepas dari pada syirik khafi, itulah sebenar-benarnya otak sembahyang.
Pasal : Adapun Takbir itu semata-mata kelakuan Zat Allah Ta’ala lagi ia sendirinya, ma’rifat nama lakunya. Menyatakan barang siapa hendak mengerjakan sembahyang maka hendaklah diketahuinya lebih dahulu dari pada asal sembahyang, fardu dan sunatnya, karena jika tidak diketahui yang demikian itu, maka sembahyangnya itu semata-mata kelakuan ketuhanan, bukan kelakuan kita.
⚪Adapun yang berdiri itu adalah kelakuan Ruh Idhafi. ⚪Adapun yang ruku’ itu adalah kelakuan Ruh Ruhani. ⚪Adapun yang sujud itu adalah kelakuan Ruh Jasmani. ⚪Adapun yang duduk itu adalah kelakuan Ruh Hayawani. ⚪Adapun berdiri Takbir itu adalah kelakuan Zat Allah. ⚪Adapun ruku’ itu adalah kelakuan SiFat Allah. ⚪Adapun sujud itu adalah kelakuan Asma Allah.⚪Adapun duduk itu adalah kelakuan Ap’al Allah ⚪Adapun Ruku itu semata-mata kelakuan Sifat Allah Ta’ala pada martabat Ta’yun Awal, hakikat’ nama lakunya. ⚪Adapun Sujud itu semata-mata kelakuan Asma Allah Ta’ala pada martabat Ta’yun Syani, tarikat nama lakunya. ⚪Adapun Duduk itu semata-mata kelakuan Ap’al Allah Ta’ala pada martabat Ta’yun Syalasa, syariat nama lakunya. ⚪Adapun Alif itu menunjukkan IHRAM artinya tercengang-cengang, tiada tahu akan dirinya, hanya semata-mata Allah Ta’ala jua. ⚪Adapun LAM AWAL itu menunjukkan MI’RAJartinya lenyap tiada mempunyai laku, hanya semata-mata Allah Ta’ala jua. ⚪Adapun LAM AKHIR itu menunjukkan MUNAJAH artinya berkata-kata, yang berkata-kata Allahu Akbar itu Allah Ta’ala jua. ⚪Adapun HA itu menunjukkan TAWAKKAL artinya tiada mempunyai wujud lagi, hanya semata-mata wujud Allah Ta’ala jua. Maka itulah mukranahnya mengerjakan sembahyang yang lima waktu yang bernama otak sembahyang, karena sembahyang itu kelakuan ketuhanan bukan kelakuan kita.
Pasal: 1. AI-Hajji Abdul Hasan Negara : Adapun Hayat itu ialah nyawa dan nyawa itu ialah sebenar benarnya Muhammad, karena itu hayat itu Ruh itu Nafas Allah Ta’ala Nyawa. Menyatakan pegangan para wali-wali Allah.
2. Al-Hajji Muhammad Arsyad AI-Banjari Dalam Pagar Martapura : Adapun yang sebenar benarnya diri itu ialah Hayat, dan Hayat itu ialah Ruh dan Ruh itu ialah nafas, dan nafas itu ialah Rahasia.
Pasal : Inilah jalan ringkas dimaqam Salik yaitu asal jumlah supaya lekas paham. Mula-mula dari bawah ke atas, pertama Ruhani dan Jasmani Aradul Basyariah yaitu segala tubuh yang kasar. Kedua A’yan Syabitah, Ruh Idhafi atau Ruhul Quddus, artinya masih Jisim, Jisim artinya tubuh yang halus-halus, betul-betul halus, tetapi masih kasar jua, seumpama seperti debu dicincang seribu kali cincang masih kasar jua. Karena Alam Ruh -Alam Misyal -Alam Ajsam dan Alam lnsan belum dapat mengenal Allah Ta’ala, pasti hancur sebagai jalan untuk Fana UIFana dan jalan Baqa UI Baqa atau jalan Qadim bagi Qadim baru bisa dapat jalan Ubudiyyah serta mendapat Uluhiyyah serta didapatnya maqam Rububiyah serta didapatnya maqam Salik. karena Nur Mubasyarah dengan Nur Mutalazimah berlazim-laziman, maka, didapatnya hak Wijdan Idrak artinya didapat dengan pendapatannya, dirasa dengaan pengrasanya dan lemah kepada yang lemah atau lemah dari yang lemah; Karena kita tiada merasa dan tiada mendapat serta Judbah. Hanya ilmunya saja yang tahu sampai kepada Judbah didapatnya, yaitu maqam Laduni atau maqam Istiqamah artinya tetap. Demikianlah jika seseorang yang sudah dibuka sekalian pintu hijab, tiadalah susah demi pengenalannya dirinya dan Tuhannya. Hijab itu akan terbuka karena keyakinannya dengan keikhlasan yang diridhai oleh Allah Ta’ala demi mendapat ilmu Allah dijalan kesempurnaan bagi orang Arif Billah. Asal wujud Adam mesti mengembalikan amanah :
Asal dijadikan masnusia itu dari pada tanah (Adam)”.
Adapun wujud Adam dari pada Nur Muhammad. Jadi jasad dan Ruh jadi dari pada Nur Muhammad jua. Sebenar-benarnya diri ialah Ruh. Sebenar-benarnya Ruh ialah manusia. Sebenar-benarnya manusia ialah Muhammad. Sebenar-benarnya Muhammad ialah Nur Allah, sebenar-benarnya Nur Allah ialah Nur Zat, sebenar-benarnya Nur Zat ialah IImu Pengetahuan pandang Syuhud, yaitu pandang Salik kita, naik dan turun. Tatkala naik puji HU dan tatkala turun pujinya ALLAH. Tatkala naik pujinya HU melengkapi tujuh petala langit wujudnya LA HURFEN WA LA SYAUTEN tiada huruf tiada suara zat dirinya. Tatkala turun pujinya ALLAHmelengkapi tujuh petala bumi wujudnya, Ba Basyariah zat dirinya. Inilah yang dinamakan maqam Salik Tarki dan Tanazzul, turun dan naik, tetap berdiri sendirinya sampai pulang ke Rahmatullah.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”.
اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ    ۗ   اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ  وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ   ۗ   وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Dan Sesungguhnya mengingat Allah (Zikrullah) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Ankabuut-45)
اِنَّنِيْۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ  اَنَا فَاعْبُدْنِيْ  ۙ  وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku“. (Thaahaa-14)

Sirrul asror

Rahsia Ilmu Huruf (Abjad)

KITAB SIRRUL ASRAR

Kitab Babul Haq Nama Allah Pada Tubuh Manusia

Kitab Babul Haq Derajat Hakikat

Mengenal Diri Mengenal Allah-Al-Fatehah, Solat & Pecahan Diri

Kitab Babul Haq Dua Kalimah Syahadat

Pengertian, sejarah dan macam-macam tarekat

Kitab Babul Haq