Kitab Babul Haq Nama Allah Pada Tubuh Manusia

 


NAMA ALLAH PADA TUBUH MANUSIA



  • Artinya- M : awal jadi raja di dalam dunia.
  • Artinya- H : memberi rahmat bagi semua umat
  • Artinya- M : akhir jadi raja didalam akhirat
  • Artinya- D : jadi raja dunia dan akhirat
  1. Keluar dari pada M : jadi nabi sakti dua laksa enam ribu.
  2. Keluar dari pada H : jadi aias dan kursi Luh .dan kalam.
  3. Keluar dari pada M : akhir jadi sekalian makhluk matahari dan bulan.
  4. Keluar dari pada D : jadi jin manusia dan malaikat
Itulah pada menyatakan martabat hati. Adapun hati itu atas dua bahagian ;
  1. Pertama hati sanubari namanya.
  2. Kedua hati nurani.
Hati itu cahaya namanya. Adapun hati sanubari dan hati nabati itu darah segumpal yang terhantar antara lambung kiri di dalam dada manusia Dan kedua hati cahaya namanya yaitu ada bagi beberapa nama suatu khalifah Allah artinya ganti Allah karena ia memerintahkan tubuh manusia dan Ammamubin pun namanya artinya raja yang luas dari pada suatu dan arasy Allah pun namanya jua. Artinya mahligai Allah Ta’ala karena ia tempat tajalli Allah Ta’ala dan مراةالحق namanya jua, artinya cermin hak Ta’ala karena ia nyata hak Ta’ala padanya dan iradatul ujud namanya jua artinya kehendak yang ada karena tiada suatu yang luput dari padanya maka hati nurani itu amat besar lagi latif, artinya halus maka itulah yang menerima tajalli zat Allah Ta’ala dan menerima tajalli sifat Allah dan menerima tajalli ap’al Allah.
Hati nurani itu memakai pakaian sifat Allah Ta’ala yang 7 ; kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, basar dan kalam. Hati nurani itu kenyataan dari pada zat Allah Ta’ala dan kelakuan zat Allah. Hati nurani itu kepada tubuh yang kasar nyatalah tubuh yang kasar itu berabad abad sebab dari pada hati nurani maka nyatalah hati nurani itu menyatakan keadaan yang kuasa. Tiada di atas tiada di bawah tiada di kanan tiada di kiri tidak di hadapan tiada di belakang, sunyi ia daripada enam jihat itu dan tiada berdarah dan berdaging dan tulang. Hanya kenyataan hati nurani jua, maka nyatalah mendengar telinga penglihat mata. Segala keadaan tubuh yang kasar ini dari pada hati nurani itu. Kenyataan zat yang tiada baginya rupa yang tiada berdarah dan daging inilah yang diperujud oleh sekalian yang maujud mau pada yang besar dan mau pada yang kecil. Kata hadits lidah itu juru bahasa hati dan hati itu juru bahasa hidayah dan hidayah itu dari pada cahaya dan qadim yang dinama hidayah yaitu sifat yang tujuh yang nyata kepada hati nurani itu. Artinya cahaya yang gaib dan tuhan pun gaib adanya itulah firman Allah Ta’ala di dalam hadits qudsi, artinya yaitu maka celaka bagi orang yang berjalan di bawah bulan dan matahari, maka berbahagialah bagi barang siapa ada ia berjalan di atas bulan dan matahari yakni orang yang tiada mengenal diri dan tuhan, celaka hukumnya. Barang siapa berjalan di atas bulan dan matahari itulah orang yang berbahagia. orang yang mengenal akan dirinya dan mengenal akan tuhannya.
“Kata ahli hak telah melihat Allah nyata dengan nyatanya bermula tiap-tiap mata melihat dan hati nyata dengan rupa yang Laysa kamislihisyai’un”. Karena matahari itu ibarat zat Allah Ta’ala dan bulan itu ibarat sir Allah yakni cahaya Muhammad rasulullah SAW. Karena tempat mengenal zat Allah pada cahaya Muhammad karena inilah yang bernama diri yang sebenar-benarnya maka tersebut di dalam hadits ;
Barang siapa melihat akan daku maka سث melihat yang sebenar-benarnya dan barang siapa melihat akan daku maka itulah ujudku yang sebenar-benarnya”.
Tiada nyata aku pada suatu seperti nyata kepada insan Karena matahari itu pada bulan jua. Bulan itu sempurna menerima cahaya zat Allah Ta’ala, karena yang dinamai Muhammad itu hati yang gaib. Itulah yang sebenar-benarnya diri tempat kenyataan ujud Allah, karena hati yang sebenar-benarnya cahaya zat Allah Ta’ala, sebenar-benarnya hati itu yaitu menyatakan keadaan Allah Ta’ala karena hati itu tetap adanya. Bahwasanya pohon sir itu dari pada cahaya zat Allah. Sebenar-benamya sir itu nyawa dengan tiada berkutika maka yaitu shah ma’rifatnya yakni tiada dusta.
Fuad itu pada barang yang telah nyata dilihatnya karena penglihat mata hati itu terus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, dan barang penglihatanmu itu nyatalah tiada mata melihat dan tiada telinga mendengar dan lidah berkata-kata dan tiada hidung mencium dan tiada hati mengenal hanya Allah jua. Yang mengenal dirinya dan mendapat dirinya. Maka yang sampai itu sifatnya jua yaitu zatnya jua maka inilah firman Allah Ta’ala di dalam hadits qudsi :
Manusia itu rahasiaku dan sifatku, itu tiada lain dari padaku
Tiada lain dari pada zatku karena sifat itu kenyataan Zat Allah yang Laishakamislihisyai’un itu seolah-olahnya. Adapun kita mengenal zat Allah Ta’ala itu dari pada diri jua tiada lain seperti firman Allah Ta’ala: “Yaitu Allah Ta’ala jua beserta kamu barang di mana ada kamu”
Dan lagi firman Allah Ta’ala : “Pada diri kamu jua aku, maka tiadalah kamu lihat akan daku
Yakni kenal keadaan Allah Ta’ala di dalam dirimu itu maha lengkap, maka firman Allah Ta’ala:
Katakan oleh kamu ya Muhammad, Allah Ta’ala itu esa
dan Allah Ta’ala melengkapi barang sesuatu yang bergerak pada hati dan mendengar pada telinga dan melihat pada mata dan sebagainya. Artinya mengenal zat Allah Ta’ala di dalam diri dan barang kelakuan kamu, seperti baik dan jahat, seperti tertawa dan menangis dan sebagainya. Kelakuan kamu sesuatu yang tiada di hilang lagi yang nyata pada dirimu itu semuanya itu hanya kelakuan zat Allah Ta’ala jua, tiada kelakuan hamba yang empunya. Inilah ujud kita, tiada diri kita yang empunya kelakuan itu, hanya Allah Ta’ala jua, tetapi bukan ia kiri dan bukan ia kanan dan tiada di atas dan tiada di bawah dan tiada di hadapan dan tiada di belakang itulah ujud kita dunia dan akhirat tiada tuhan yang lain dari pada Allah Ta’ala yang memerintah diri kita. ketahuilah olehmu bahwasanya pi’il diri itu. Itu tempat kenyataan pi’il Allah Ta’ala maka hilangkan pi’il diri kita itu nyatalah pi’il Allah semata-mata yang berlalu, sifat diri kita itu tempat kenyataan sifat Allah, maka nyatalah hilang sifat diri itu, nyatalah sifat Allah yang berlalu semata-mata, seperti kata syekh Mahuddin ini yang mengesakan Allah sifat Allah dan sifat makhluk ;
Artinya : Meninggalkan sifatnya karena kasih akan dirinya jua yang dipandang pada zahir dirinya dan mencela-cela dirinya dan memuji dirinya jika makan dengan dia, artinya dengan dirinya, jika tidur dengan dirinya, jika berjalan dengan dirinya tiadalah ia lupa dengan dirinya dan panalah dengan dirinya dan kekal dirinya, sabda nabi Muhammad SAW: “barang siapa mengenal akan dirinya, bahwasanya mengenal ia akan tuhannya“, Dan barang kelakuan dirinya jua dilihatnya dan lagi sabda nabi Muhammad SAW:
Artinya penglihatanmu itu penglihat Allah dan pendengarmu itu pendengar Allah dan pi’il nafsumu itu pi’il Allah dan kelakuan zat Allah, artinya Allah yang empunya penglihat bukan penglihat kita itulah dirimu dan kelakuan. Demikianlah tauhid dan ma’rifat itu akan tauhidnya jua, sabda nabi Muhammad SAW: “ma’rifat itu rahasiaku” dan lagi “Tiada sah sembahyang itu melainkan dengan mengenal” yang muwapakan sekalian aulia dan ambia dan ahlal kalam. Bahwasanya Allah Ta’ala tiada dua khadim dan muhaddas khaliq tiada berubah dan tiada bercerai dan tiada bertemu dan tiada masuk misra, dar, tiada bangsa dan tiada berkesudahan dan tiada kiri dan tiada kanan dan tiada belakang dan tiada hadapan, dan tiada berjihat yang enam, maka kata ahli Suluk Allah subhanahu wataala:
Bermula Allah Ta’ala meliputi tiap-tiap sesuatu, itu kata setengah ulama ilmunya yang meliputi, zatnya tiada meliputi. Kata ahli suluk ilmunya meliputi dan zatnya pun meliputi jua, karena Allah Ta’ala tiada cerai ia dengan ilmunya. Karena murat ilmunya itu zatnya jua demikianlah ma’rifat ahli Allah, tiada sekutu ma’rifatnya kepada Allah Ta’ala sekalian itu, keadaan Allah dan kelakuan Allah dan nama Allah dan af’al Allah. Adapun Allah SWT itu ketahui olehmu jangan ambilanmu ahdiatwahdat dan wahdiat Allah bukan Allah alam ruh. Bukan Allah alam misal dan Allah alam ajsam. Dan bukan Allah alam insan. Dan bukan zat Allah dan bukan sifat Allah dan bukan Allah barang yang ada bergerak pada hati dan tersebut pada lidah, bukan Allah Ta’ala yang nyata pada hatimu, itulah keadaan dan kenyataan Allah Ta’ala kepadamu. Dan barang siapa bertuhan dari pada yang tersebut itu maka nyata berhala jua hukumnya, wallahu alam wabillahitaufik.
Kata Sahil bin Abdullah; jangan kamu beri tahu akan segala orang yang baharu belajar itu, atas segala rahasia sebelumnya tetap mereka itu pada syariat dan harikat. Kata nabi Isa, jangan kamu gantungkan akan mutiara pada leher babi.
▪ Bermula artinya syari’at itu yaitu seperti engkau sembah akan Allah Ta’ala, engkau ikut akan pesuruh Allah Ta’ala dan engkau jauhi segala larangannya, zahir syariat yaitu menyerahkan diri karena membesarkan Allah.
▪ Tharikat itu yaitu seperti bahwasanya engkau sahaja akan Allah dan ilmu dan amal yakni engkau amalkan barang yang kamu ketahui.
▪ Hakekat itu paedah keduanya seperti bahwa engkau pandang akan Allah Ta’ala dengan cahaya yang dipertaruhkan oleh Allah Ta’ala akan dia. Sama tertengah hatimu yaitu bathin, tetapi syariat dan hakekat itu berzalim-zaliman keduanya, yakni tiada kebilangan zahir syariat itu melainkan dengan hakekat dan tiada kebilangan bathin hakekat itu melainkan dengan zahir syariat kata ulama-ulama syariat, dengan tiada hakekat itu hampa. Hakekat dengan tiada syariat itu batal. Tiap-tiap hakekat yang tiada menugerahi akan dia yaitu zindik, kata setengah arif : Barang siapa mengatakan hakekat itu bersalahan dengan syariat maka orang kafir, karena keduanya itu syariat nabi Muhammad SAW.
Syariat bathin dinamai hakekat, syari’at zahir dinamai akan dia fikih. Tiada cerai keduanya itu, jikalau diceraikan keduanya itu, niscaya memberi cidera kepada agama. Barang siapa mengetahui ilmu fikih, yakni zahir syariat dengan tiada mengetahui ilmu tasawuf yakni ilmu hakekat yaitu bathin syariat maka orang itu pasiq. Barang siapa mengetahui ilmu tasawuf yakni ilmu hakekat, yaitu bathin syariat dengan tiada mengetahui ilmu fikih yakni zahir syariat maka sesungguhnya orang yang zindik. Barang siapa menghimpunkan antara keduanya itu yakni ilmu fikih dan ilmu tasawuf maka sesungguhnya orang itu tahqiq yang sebenar-benarnya. Sahdan lagi adalah sesungguhnya misalnya syariat, tharikat, hakekat itu diumpamakan buah nyiur, syariat itu umpama tempurung memeliharakan isinya dan minyaknya. Tharikat itu umpama isinya, hakekat itu umpama minyaknya. Di dalam isinya maka tiada dapat akan minyaknya melainkan memecahkan akan tempurungnya dan memarahkan akan isinya. Maka itulah yang disuruhkan orang menyembunyikan dia oleh Allah Ta’ala dan rasulnya dan kepada yang bukan ahlinya yaitu dinamai rahasia. Alhadiahadalah umpama kertas yang lapang, yang tiada suatu juapun bagi Allah Ta’ala tiada terbunyi suatu daerahnya juapun di dalam bumi dan langit misal hampirkan faham jua maha suci hak Ta’ala yakni la ta’yin yang nyata di dalamnya wahdiat itu yaitu umpama noktah di dalam kertas demikian misalnya. itulah misalnya daerahnya ta’yinawal yang nyata suatu di dalamnya maka sampailah mendapat arif billah wahdiat itu umpamanya.
Itulah suatu di dalamnya ini, yakni hasilah seseorang memandang wahdah dan pasrah di dalamnya wahdah niscaya adalah beroleh pangkat yang tinggi daerahnya (Allah) yakni hasilah bagi seorang memandang yang kesempurnaannya, Wasiat yaitu hei anakku tiada dapat, tiada engkau ketahui serta engkau i’tikatkan di dalam hatimu yang lima (5) perkara itu ia dinamakan ilmu hakekat, artinya mengetahui dengan yakin hatinya kita lakukan dengan bacaan atau dengan perkataan, tetapi dengan dirasanya jua-dan ditetapkan dalam hatinya jua, maka tiada berpaedah dibaca dengan lidah yaitu tauhidul ap’al, kedua tauhidul sifat. ketiga tauhidul zat. Suatu riwayat fana ulaf ‘al itu seperti engkau kata ~ a’ilu fi’lillah artinya tiada mempunyai sekalian perbuatan melainkan perbuatan Allah Ta’ala jua di dalam hakekat.
Adapun tauhidu sifat itu, seperti engkau kata dan engkau i’tikatkan di dalam hatimu walakudratwalairadat, wala ilmu, wala hai un wala samilunwala basirunwalamutakallimun huahakikatu illallahdan mempunyai kehendak dan mempunyai kuasa. Tiada mempunyai pengetahuan, tiada mempunyai hidup, tiada mempunyai penglihat, tiada mempunyai pendengar tiada mempunyai berkata-kata di dalam hakikatnya melainkan Allah Ta’ala. Adapun tauhidu zat,seperti engkau kata seperti engkau i’tikadkan di dalam hatimu La maujudilallah, artinya tiada yang maujud ini melainkan ujud Allah Ta’ala semata-mata. Firman Allah Ta’ala : “Barang siapa dibukakan Allah Ta’ala di dadanya bagi agama islam maka yaitu beroleh cahaya dari pada Tuhannya”.
Dan artinya, mereka itulah disuratkan Allah Ta’ala didalam hatinya iman tersebut kalimat La ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Firman Allah Ta’ala hadits qudsi di dalam Our’an: “Tiada akan dusta penglihat fuad barang yang dilihatnya“. Maka yaitu penglihat dari pada Tuhannya dan lagi ketahui olehmu seperti udu yaitu dua perkara inilah lafaznya menunjukkan: “Badanmu dengan nyawamu itu Allah jua“. Karena Allah itulah meliputi hambanya dan ilmunya maka sempurnalah udu itu dari pada cahaya yang suci tiga perkara : satu ahdiah, kedua wahdah, ketiga wahdiah. Pertama Allah, kedua Muhammad, ketiga Adam, maka sembah Ali ya Rasulullah. Sebab waktu Isya itu empat rakaat, maka sabda Rasulullah karena tajali anak Adam itu empat perkara ; satu mada, kedua madi, ketiga mani, keempat manikam. Ya Rasulullah apa sebab witir satu rakaat, maka sabda Rasulullah karena Allah Ta’ala :
yakni sendirinya Allah Ta’ala. Inilah ketahui olehmu adalah sembahyang lima waktu terbit dari pada huruf Alhamdu. Adapun waktu dzuhur keluarnya daripada alif Alhamdu, dan ashar keluarnya dari pada lam Alhamdu. Dan waktu maghrib keluarnya dari pada “H”, dan waktu isya keluarnya “M” Alhamdu. Dan waktu subuh keluarnya dari pada “D” Alhamdu. Itulah keadaan waktuyang diketahui supaya sampailah dan sempurnalah pekerjaan sembahyang itu. Dan adalah misal dari pada menyatakan hakekat akan pendirian sembahyang, sebenar-benarnya pendirian itu kepada zat kah atau kepada sifat kah atau kepada ap’al ?.
Maka hendaklah diketahui supaya mendapat makam hakekat yang sempurna dunia akhirat akan perpegangan yang ahli hakekat dan adalah menempati kepada orang yang arif billah dan ahli sufi yaitu pana pillah. Misal daerahnya engkau tuntut bersungguh-sungguh akan fahamnya kepada orang ahlillah dan kepada satu-satunya ulama supaya jangan tergelincir akan perjalanan hakekat kita. Dan yang bernama cahaya itu zat Allah Ta’ala. Adapun zat Allah Ta’ala itulah ujudnya yang sebenar-benarnya adanya Allah Ta’ala bernama dan ruh itu buta, tuli dan bisu jikalau tiada tuhan, yaitu tiadalah sesuatu. Inilah ambilan segala wali Allah Ta’ala, segala arifbillah kamal mukamil. Sembah yang disembah itu jua, yaitu akhir kita menyembah batin kita dari pada محدام yakni dari pada mematikan diri موراة mematikan diri itu المؤت menyembah yang disembah belum menjadi esa. Seperti kata ahli suluk :
Barang siapa menyembah nama, tiada tahu artinya nama maka sesungguhnya kafir. Maka barang siapa menyembah ertinya tiada dengan nama yaitu syirik“.
Barang siapa menyembah nama dan artinya nama maka mengada ada”
“Tiada sah mengata takbiratul ihram jikalau tiada tahu akan hakekatnya”
“Tiada jua sempurna sembahyang itu, jikalau tiada dengan ma’rifat”
Demikianlah adanya menyatakan tajalli Allah Ta’ala asal fardu.
Ya Abu Bakar, wa Umar, wa Usman, wa Ali radiallah ‘anhu, maka barang siapa mengetahui tajalli Allah Ta’ala, maka sembah Ali: ya Rasulullah, apa sabab waktu subuh dua rakaat, maka sabda Rasulullah : ya Ali karena tapian awal kedua sifat dan sembah Ali, ya rasulullah, apa sebab waktu dzuhur itu empat rakaat? maka sabda Rasulullah, ya Ali, waktu dzuhur empat rakaat karena tajalli Allah Ta’ala empat rakaat :
  • satu ujud
  • kedua alam
  • ketiga nur
  • keempat syuhud.
Maka sembah Ali, ya rasulullah, apa sebab waktu ashar itu empat rakaat? maka sabda Rasulullah: karena tajalli hamba itu empat perkara ;
  • satu air
  • kedua angin
  • ketiga tanah
  • keempat api.
Maka sabda Ali, ya rasulullah, apa sebab waktu maghrib itu tiga rakaat, maka sabda Rasulullah murtabah ujud Allah itu.
Sifat Sembahyang
Sifat sembahyang itu rupa Muhammad, sembahyang itu zahir Allah Ta’ala bermama sembahyang itu tingkah lakunya Muhammad.
_____________________Sungsungan
  • Semata-mata ia takut akan Allah Ta’ala. Yakni semata-mata mengerjakan suruhnya Allah Ta’ala dan menjauhi larangannya Allah Ta’ala.
  • Ridha ia akan Allah Ta’ala.
  • Merasakan dengan ma’rifatnya akan Allah Ta’ala dengan dahaganya 

    Makam Sembahyang
____________________Terbuka Dinding
Umpama seorang yang memandang akan kejadian segala perbuatan itu dari pada Allah Ta’ala dan kesandaranya dari pada hamba seperti misalnya kalam orang yang menulis, yang menjadikan huruf orang yang menulis dan kalam menjadi alat persandaran menulis adalah hamba itu seperti kalam tiada baginya perbuatan dan hanya yang berbuat itu yang menulis jua. Segala yang berlaku di dalam segala alam ini Allah Ta’ala jua yang menjadikan dia. Umpama Allah Ta’ala menyatakan nur Muhammad tamsil umpama. seorang menghendaki api, maka dipertemukan batu dengan besi, maka nyatalah dari pada dua sifat itu menjadi api, maka zahirlah semesta sekalian alam ini dari pada dua sifat itu yakni sifat jalal dan jamal.
Demikianlah diumpamakan nur Muhammad itu, yang ditemukan besi dengan batu itu Allah Ta’ala dari pada besi sifat jalal dan daripada batu itu sifat jamal, dan yang terbit dari pada dua sifat itu nur Muhammad, maka yaitu yang lagi di dalam alam Allah Ta’ala maka nyata yang tetap pada alam Allah Ta’ala. Maka yaitu insankamil. yaitu hakekatnya nabi kita, artinya kekayaan nabi kita.
  • Artinya insan = manusia
  • Artinya kamil = sempurna
  • Artinya berkata muhadas hukumnya.
  • Tauhid yang dinamai ilmu Ushuludin (ma’rifatullah)
  • Syariat yang dinamai ilmu Fikih
  • Bathin yang dinamai ilmu Tasawuf
__________________Menuntut Ilmu
Orang yang menuntut ilmu karena ilmunya itu bekal ke dalam akhirat hanya dengan karena Allah Ta’ala. Mereka itulah beroleh kemenangan dalam dunia dan dalam akhirat.
Bahwasanya Allah Ta’ala itu terlebih kasih kepada orang yang muttaqin. Ambil olehmu bekal masuk dibawa ke dalam akhirat, maka terlebih baik takut akan Allah Ta’ala, Takut kepada Allah Ta’ala mengerjakan taat yang disuruhnya, sama ada ia taat zahir atau taat bathin dan menjalani segala larangannya. Sama ada ia maksiat zahir atau bathin. Taat zahir seperti sembahyang, zakat, puasa dan naik haji. Taat bathin segala sifat yang kepujian tubuh sabar, syukur dan ikhlas. Maksiat zahir seperti berzinah, mencuri. minum arak/tuak, membunuh orang islam, memaki-maki orang, mengumpat orang. Maksiat bathin seperti sifat yang kecelaan bakhil dan takabur.
IImu rahasia ma’rifat Allah Ta’ala dari pada dunia datang dari pada akhirat tatkala kita pada rahim bapak ikral tasdik bapak kita itulah yang bernama diri tatkala beserta pada rahim ibu. Rahasia ibu bapak kita tatkala rahasia dalam rahim ibu itulah bernama sir cinta, jadi iman maka tatkala di dalam rahim ibu itu adalah kurnia pakaian ujud, kurniakan zat, sifat, asma dan af’al lengkap maka kita bernama insan.
bernama diri tatkala beserta pada rahim ibu. Rahasia ibu bapak kita tatkala rahasia dalam rahim ibu itulah bernama sir cinta, jadi iman maka tatkala di dalam rahim ibu itu adalah kurnia pakaian ujud, kurniakan zat, sifat, asma dan af’al lengkap maka kita bernama insan.
Insan yang bernama manusia inilah putus ilmu Rahasia yang bernama syahadat ilmu jisim itu tempat insan akan kesempurnaanya yang disebut ujud yang zahir. Asyhadu alla ilaha ilallah Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah, Syahadat itu martabat kita, karena syahadat itu empat perkara :
  1. syahadat kata syariat
  2. alla itu kata tharikat
  3. ilaaha kata hakekat
  4. illa allah itu kata ma’rifat
Keadaan syahadat itu :
  • badan kita
  • alla itu darah kita
  • ilaha itu nyawa kita
  • illa allah itu rupa kita sendiri dengan dirinya
Adapun syahadat itu syariat kulit kita :
  • Alla itu tarikat daging kita
  • Ilaha itu nyawa kita
  • Illa Allah itu ma’rifat nyawa kita
Adapun syahadat itu saksi dan itu sesungguhnya ilaha itu Tuhan, illallah itu esa ada dirinya. Yaitulah putus ilmu syahadat jika ditanyai orang apa saksi dan apa dipersaksi dan siapa tempat bersaksi. Jawab, adapun saksi itu ikral dengan lidah dan yang dipersaksi itu tasdik dalam hati dan yang mengaku saksi badan dengan dan tempat bersaksi itu tuhan kita hak subhanahu wataala. Menjadikan makhluk itulah tuhan yang lengkap dengan kekayaannya kepada manusia.

Sirrul asror

Rahsia Ilmu Huruf (Abjad)

Kitab Babul Haq Tanda-Tanda Sakaratul Maut

KITAB SIRRUL ASRAR

Kitab Babul Haq Derajat Hakikat

Mengenal Diri Mengenal Allah-Al-Fatehah, Solat & Pecahan Diri

Kitab Babul Haq Dua Kalimah Syahadat

Pengertian, sejarah dan macam-macam tarekat

Kitab Babul Haq