Kitab Babul Haq Zikir Harum Manis

 

ZIKIR HARUM MANIS

  • Lailallailallah dzikir harum manis sani insan.
  • Lailallailallah dzikir harum manis kalbi.
  • Lailahailallah dzikir harum badan diarak hamba.
  • Lailahailailah dzikir harum badan lenyap dalam kalimah.
Bermula suatu peri menyatakan cerita mula-mula yang dijadikan oleh Allah Ta’ala dahulu dari pada alam ini, kata Jibril kepada Rasulullah ; “apakah mula-mula yang dijadikan dahulu oleh Allah Ta’ala dari pada sekalian alam ini“, maka sabda Rasulullah SAW:
Artinya: Telah menjadikan Allah Ta’ala yang dahulu dari pada alam ini yaitu Nur mu yakni ruh nabi. Maka yaitu ruh nabi kita Muhammad SAW. Ini dahulu dari pada segala asyia dan lagi dijadikan dari pada zatnya ilmunya, seperti kata Syekh Abdul Wahab Syahrani Rahmatullah : “Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan ruh nabi Muhammad ini dari pada Zatnya. Menjadikan ruh sekalian alam ini dari pada nur Muhammad
Nyatalah ruh sekalian alam ini dari pada nur Muhammad dan segala batang tubuh itu yaitu jadi dari pada Adam AS Seperti sabda nabi Muhammad SAW: “bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan ruh nabi Muhammad SAW itu dari pada zatnya, menjadikan ruh sekalian alam ini dari pada nur Muhammad, nyatalah ruh sekalian alam ini dari pada nur Muhammad, dan segala batang tubuh itu yaitu jadi dari pada Adam AS“, seperti sabda nabi Muhammad SAW: “Aku bapak segala ruh dan nabi Allah Adam AS itu bapak segala batang tubuh
Maka nyatalah segala batang tubuh itu jadi dari pada Adam, tetapi Adam itu dijadikan dari pada tanah, seperti firman Allah Ta’ala : “Aku jadikan Adam itu dari pada tanah asalnya dari pada nur Muhammad jua“. Maka nyatalah ruh kita dan tubuh kita jadi dari pada nur Muhammad dan apabila ruh kita jadi dari padanya, nur Muhammad jua namanya. Dan ruh kita dan tubuh kita tiada lain dari pada nur Muhammad jua, maka hendaklah engkau misrakan nur Muhammad itu kepada batang tubuh dan kepada sekalian kainal. Insyaallah Ta’ala telah melihatlah keelokan zat wajibul ujud lagi suci adanya, karena tubuh kita yang kasar ini sekali-sekali tiada dapat mengenal Allah Ta’ala melainkan dengan nur Muhammad, maka jangan menda’wa perbuatan yang lain dari pada nur nabi kita tetapi barang yang telah datang kepadamu seperti firman Allah Ta’ala : “Barang yang datanq dari pada Allah Ta’ala yaitu nur
Dan lagi firman Allah Ta’ala: “Barang yang datang kepada kamu yaitu hak dari pada tuhan kamu“. Dan nur itulah akan perhentian segala ambia yang mursalin dan bermula sampailah pendapat arif -billah pada martabat itu, maka hendaklah diketahui tajali Allah Ta’ala pada martabat maka hendaklah engkau i’tikadkan bahwasanya nur itulah nyata jadi dari pada Allah Ta’ala sekalian alam ini nyata dari pada nur Muhammad jua seperti firman Allah: “Aku jadikan engkau karenaku dan aku jadikan semesta sekalian alam karena mu ya Muhammad
Aku jadikan dari pada Allah dan sesuatu yang sekalian dari padaku jua
Tubuh manusia dan napasnya dan hatinya dan nyawanya dan pendengarnya dan penglihatannya dan lidahnya dan tangannya dan kakinya sekalian itu aku nyatakan dirinya bagi diriku dan insan itu tiada lain dari padaku dan tiada lain dari padanya”
Adapun nyawa kita itu berdiri kepada rohani karena rohani itu bayang-bayang nabi Muhammad dan bayang-bayang inilah nyawa kita dan akal kita dan napas kita yang berdiri kepada hati latifahLatifah itu hakekat yang tinggi karena tatkala ia mengetahui maka dinamai hati dan tatkala ada berkehendak kesana-kesini maka dinamai napsu dan tatkala ia bisa membedakan antara baik dan jahat dinamai akal dan tatkala hidup dinamai rohani dan tatkala ia akan Allah Ta’ala dan nabi Muhammad dinamai hati latifah. Itulah yang dianugerahkan Allah Ta’ala petunjuk iman dan yang dijadikan iman itu nur zat Allah Ta’ala, itulah yang ada pada hati latifah. Membedakan pengetahuan hati dengan tiada syak dan waham tasdik, maka itulah hakekat iman kepada kita yaitulah adanya.
Adapun tempat hati latifah itu di dalam hati sanubari yang ada di dalam dada mannsia pada kita hati latifah itulah yang sebenarnya hati karena ia bayang-bayang nur Muhammad dan nur Muhammad itu bayang-bayang zat Allah Ta’ala yang sebenarnya Allah. Adapun hati itu yang dinamai dianugerahi beriman yang dijadikan iman itu nur zat artinya bayang-bayang zat Allah Ta’ala yang bernama Allah, Adapun nur Muhammad itu dijadikan tubuh nabi Muhammad dan tubuh nabi Muhammad itu dinamai insankamil, artinya manusia yang sempurna. Maka firman Allah Ta’ala:
Manusia itu sifatku dan sifatku itu tiada lain dari pada aku
Adapun nyawa Muhammad itu ruh idhapi itulah yang bernama hayat zat artinya hidup Allah maka ikut akan perkataan itu dengan tiada guru yang sempurna niscaya sesat yang amat besar dan banyak orang yang memakai jalan ini jatuh kepada syirik sampai kepada kafir tiada sempurna beroleh ilmu kepada Allah Ta’ala.
Persoalan :
  • Soal: Tatkala mengatakan Allahuakbar dimanakah Allah dan dimana Muhammad ? Jawab : Adapun mengatakan Allahuakbaritu muhammad, dan yang empunya kata itu zat Allah Subhanahuwata’ala.
  • Soal : Tatkala mengatakan Allahuakbar itu mana zat dan mana sifat ? Jawab : Adapun Allah itu zatnya dan akbar itu sifatnya. “Bermula yang di Jadikan Allah Ta’ala itu cahaya dengan nur”
Artinya mula-mula tiada kepada ada, terlalu bersih cahayanya gilang-gemilang terlalu sempurna terang seperti manikam. Bermula ini menyatakan sifat: pada kita dan sifat pada Muhammad pada kita dan dinding tuhan dengan hambanya dan pertemuan badan dengan yang kuasa. Adapun nyawa hamba الله tuhan nyawa itu di dalam badan kita, adapun tuhan itu di dalam Muhammad. Artinya: nyawa Muhammad itu yaitu lagi akan kunhijat, belum ada bernama Allah dan bernama tuhan lagi ia sendirinya. Adapun Allah itu pada Muhammad dan Muhammad itu pada Allah Ta’ala. Karena tuhan kita berdiri sendirinya seperti alif itulah Kun hijat namanya lagi sendirinya yaitu nyawa Muhammad. Adapun Muhammad itu nyawa kita, bermula jasmani itu nyawa rohani, adapun rohani itu badan idafi. Adapun idofiitu badan jasmani iaitulah Tuhan segala manusia tempatnya di yang terang, adapun yang terang itu di dalam pandangan kita maka yaitulah yang kuasanya memberi nugrahakepada manusia.
Adapun tersebut di atas sepertinya alif yaitu siapa tahu akan kejadian alif itu maka putuslah ilmunya. Tiada tuhan yang disembah hanya Allah yang bersifat istighna yaitu tuhan yang kuasa artinya pendang dengan nyawa, dan nyawa itupun tiada aku tuhan jua pada lainnya, (ا َ ِعْÙ† َØ«) kepada tuhan. Sedarah pun tiadaku tuhan lupa kepada tuhannya seperti kata “Wailallah” Ma’rifat semata-mata nabi Muhammad rasulullah alaihi wassallam itulah penghulu segala ma’rifat, karena Muhammad itu yang terlebih tahu akan Allah Ta’ala, air setitik ada terlindung kepada Muhammad. Allah pun ia jua, sir ia jua dan cinta asa pun ia jua, gerak dan diampun ia jua, berahi ia jua, ni’mat pun ia jua. Itulah hakekat nabi Muhammad Rasulullah. Kemudian lagi pada jalan mengesakan Allah lihat oleh kamu macam-macam gerak pada badanmu dan engkau nyatakan dengan rasamu dan pandanganmu sekira-sekira misra seesa anggotamu karena gerak itu bersuatu dengan ma’rifat dan kalam itu bersuatu dengan amal. Jika kita menyebut dzikir lailaha ilallah yaitu dengan amal bersuatu dengan amal. Jika kita menyebut dengan nafas yaitu gerak dan ma’rifat bersuatu dengan rasa batin yang bernama hak Allah Ta’ala. Jadi ma’rifat itu yang bernama nugraha Allah Ta’ala yang kita pakai mengenal akan dia yaitu amal dengan ilmu, jadi sungsungan kepada Allah Ta’ala ma’rifat yang membawa kepada Allah Ta’ala artinya kita mengenal tiada dengan hati tiada dengan ruh hanya nugrahanya yaitu nur Muhammad, pasal pada menyatakan dari pada kitab Allah Ta’ala dan mengetahui hal tuhan kita tatkala bumi dan langit belum ada aras dan kursi belum jelas, syurga belum ada; neraka belum ada, dunia dan akhirat belum ada, ruh dan kalam belum ada, dan nur Muhammad pun belum ada, maka Allah suatu terangnya maka inilah hak namanya.
Adapun di dalam yang terang itu terlalu amat hening tiada sepertinya tiada sama samanya itulah kun hijatnamanya, Setelah itu maka ada gerak di dalamnya, di dalam maklum Allah Ta’ala berdiri sepertinya alif maka jadi jibrail. Adapun syariat kepada lidah dan tarikat kepada hati dan hakekat kepada budi (nyawa) dan ma’rifat kepada ruh idofi. adapun air itu nur, adapun tarekat itu badan Muhammad. Ma’rifat itu pandang Muhammad maka masuklah pada alam napi dan alam sogir dan kepada alam kabir maka terhimpunlah disana menjadi Satu, artinya bertemulah tuhan dengan hambanya. Sabda nabi Muhammad SAW: amma ba’du, kemudian dari itu peri menyatakan mengenal kepada Allah Ta’ala diri kita yang tempat tajalli Alah Ta’ala, adapun yang bernama diri itu ruh inilah tempat tajalli sifat Allah dan asma Allah dan af’all Allah. Tilik tatkala berdiri sembahyang itu tiada dua dan tiada tiga itulah yang bernama sifat AlIah kepada diri kita, maka sempurnalah tilik itu dan yang menilik itupun ia jua. Karena itulah yang damping kehadiran Allah Ta’ala dan tatkala kita mengangkat takbiratul ihram seolah-olah itulah yang disebut, artinya tiada kita lagi yang menyebut. Adapun yang bernama diri itu tiga perkara, pertama diri yang berdiri, kedua diri yang terperi, ketiga diri yang diperikan, diri itu badan. Diri terperi ruh yang menerima segala sifat Allah. Diri yang diperikan itu sifat, Allah yang ada pada kita.
Inilah ma’rifat segala ulama dan arifbillah dan ilallah. Inilah yang dikenal dan mensyahadahkan siang dan malam tiada lain di dalam janan dan di dalam sir-nya di dalam hatinya itulah yang dipandangnya siang dan malam. Barang siapa mengenal dirinya maka sesungguhnya mengenal akan tuhannya, seperti ombak dengan laut demikian pertemuan tuhannya dengan hambanya. Adalah yang dimisalkan ombak itu makhluk dan yang dimisalkan laut itu sifat Allah Ta’ala sebenar-benarnya, ujud itu sifat Allah Ta’ala jua. Zat, sifat, asma ap’al, kudrat, iradat, hayat, sama, basyar dan kalam sebenar-benarnya ujud Allah Ta’ala itu jua. Adapun sifat Allah Ta’ala berdiri dengan zat Allah, adapun sifat makhluk berdiri dengan sifat Allah Ta’ala itu jua, adapun zat Allah berdiri dengan sendirinya tiada berkesudahan dan tiada bertempat zat Allah itu dengan sendirinya jua. Jangan kita mengenal sembahyang karena sembahyang itu amal jasad kita. Sembahyang itu badannya dan yang disembahyangkan itu nyawanya, yang sembahyang pun ia, yang menyembahyangkan pun ia. Sembahyang itu kepada zat Allah Ta’ala, maka itulah sebabnya sembahyang itu tiada dapat ditinggalkan. Sembahyang yang lebih kepada itu. yaitu yang memuji aku sesuatu di dalamnya, yakni tiada takut akan neraka dan tiada berkehendak akan sorga, ia ingat akan dirinya itu lah arti sesuatu di dalamnya. Hendak yang demikian itu yang menyembah pun hak dan yang disembah pun hak.
Barang siapa sembahyang itu hendaklah tahu artinya yang berbuat hanya Allah, pana pada sifat tiada yang hidup hanya Allah, pana kepada zat tiada maujud hanya Allah, zhahir sifat Allalh dan yang sebenar-benarnya sifat kita yaitu Allah. Adapun zhahir zat Allah itu yaitu zat kita yang bathin. Yang diumpamakan cermin itu badan kita, dan yang diumpamakan menilik cermin itu, kembalilah pandang yang cermin itu kepada yang menilik. Berdiri sembahyang ingat hati akan Allah Ta’ala, sesuatu yang dikata di dalam sembahyang, kata-kata menyembah Allah Ta’ala dan bukan kata-kata adat. Berdiri, ruku, sujud, duduk, ingat hati menyembah Allah Ta’ala. Khusyu hati artinya ingat akan yang disembah dari mula sembahyang hingga akhirnya. Tetaplah anggotanya maka adalah sembahyang itu ruhnya khusyu di dalam sembahyangnya. Mengata Allahu Akbar zat, sifat, asma, ap’al; tiada lagi hati yang menyebut dan tiada lagi lidah yang mengata hanya zat, sifat, asma, ap’al, hayat ilmu, kudrat, iradat maka inilah namanya 7 rahasia Allah Ta’ala, maka rahasia itulah yang sebenar-benarnya sir Allah Ta’ala. Adapun aku rahasia yang memerintah ruh, dan ruh memerintah hati dan hati memerintah tubuh. Berdiri sembahyang itu Allah jua yang ada yang esa sendirinya, tiada dua dan tiada tiga. Allah memuji dirinya sendiri maka itulah pana kita, tiada kita lagi bertubuh, bathin dan zhahir, hanya Allah Ta’ala ada bertubuh Muhammad bathin dan zhahir, maka itulah bertubuh akan ruh namanya hanya Muhammad jua yang jadi tubuh kita pada hakekat Muhammad itu, rahasia yaitu sir namanya di dalam sir itu aku Allah. Itulah hakekat takbir ratul ihram, keputusannya hingga sampai akhir kalam itulah yang dipegang oleh Allah, engkau pergurukanlah kepada guru yang ahli hakekat daerahnya
Adapun nasyar, itu terbagi lima:
  1. Nasyar bapak
  2. Nasyar ibu
  3. Nasyar adam
  4. Nasyar muhammad
  5. Nasyar tuhan (nasyar =diri)
  • Adapun nasyar ibu itu ada empat ; otak-tulang-sumsum-isi
  • Adapun nasyar bapa itu ada empat ; kulit-daging-urat-darah
  • Adapun nasyar adam itu ada empat ; api-angin-air-tanah.
  • Adapun nasyar tuhan itu ada empat ; pendengar-penglihat-pencium-pengrasa.
Ketahui olehmu bahwasanya syariat Lailaaha illah muhammad rasulullah itu, kalimat islam dan kalimat iman menyebut Lailaaha’illah itu hanya Allah jua. Maka dii’tikadkan yang memuji itu dan yang dipuji itu hanya Allah jua, maka i’tikadkan itu tiada ujud hanya ujud Allah jua. Maka putus i’tikad dari pada yang dii’tikadkannya dan yang mengata itu Allah jua seperti menyebut Allahilallah, tiada mengenal Allah hanya Allah, tiada mengata Allah hanya Allah, Lailahailallah tiada yang melihat hanya Allah. Maka misrakan yang yang demikian itu maka menyebut lailahailallah. Itu dii’tikatkan yang menyebut Allah dan yang disebut Allah jua, misrakan pada hal berduduk, berjalan, makan, minum dan kelakuan sebagainya. Kemudian daripada itu ila hu maka matikan dirimu itu seperti
Lailahailallah hua artinya matikan dirimu dahulu dari pada matimu sebeluman mati pada Lailahailallahhu artinya tiada tuhan hanya huitulah kita habiskan dan misrakan tatkala kita hendak tidur. Maka dikata oleh napas kita tatkala masuk hu pujian, tatkala keluar Allah, misrakan yang demikian, Tatkala sakaratul maut karamkan dirimu pada kalimat hu yang tersebut itu, barang siapa nurul huda, nurul huda, nurul huda, mereka itu baginya serta Allah Ta’ala dan firmannya di dalam AI qur’an: “Gilang gemilang cahaya iman dan islam dan tauhid malka ma’rifat itulah Allah Ta’ala”. Maka ikutlah olehmu jalan yang betul itulah tali Allah Ta’ala yang tiada putus seperti firman Allah Ta’ala di dalam AI qur’an: “Bahwasanya datang kamu dari pada Allah dan kembali kamu kepadanya”. Maka pulanglah ombak kepada laut, buih kepada air, bayang-bayang kepada yang empunya bayang-bayang, maka janganlah was-was, Wallahu ‘alam.
Pasal pada mengatakan ma’rifat yang sempurna jalan kepada Allah subhanahu wata’ala menghimpunkan antara Tasbih dan Tanziah adapun lafaz antara itu Laisa Kamislihi Syaiun, artinya tiada seumpama tiada seperti jua suatu lapaz tasbih itu Wahussamiulbasyir. artinya, tiada seperti sertanya ia jua yang mendengar ia jua yang melihat tasbih fana‘. Maka yaitu yang zhahir dan yang bathin, maka hampirlah ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Adapun pendapat kita Allah Ta’ala itu didapat oleh akal dan tiada didapat oleh cinta rasa dan tiada didapat oleh panca indera. Adapun pendapat kita kepada Allah Ta’ala yaitu akal budi bicara itulah pendapat namanya, tetapi karamlah di dalam suku dijadikan akan dia dengan kudrat menjadikan, menjadikan Allah Ta’ala pada Ma’rifat. ma’rifat itu empat perkara: pertama: ma’rifat pengenal kedua ma’rifat pengenal ketiga ma’rifat percintaan, ma’rifat cinta # Kata seorang Wali. Adapun yang empat itu mana yang benar bermula kata kita itu buta, tuli, bisu dan bebal, Ma’rifat benar itu yaitu tiada tanggal dan cerai nama karena ia karam dengan ma’rifat, tiada takut akan kejahatan dan kesakitan dan mengurangi kesakitan atau kejahatan harga orang hanya tuhannya jua yang dilihatnya siang dan malam, tiada lupa akan Allah Ta’ala seperti makan dan minum, tidur dan jaga. Inilah pakaian orang ma’rifat, maka tiada ia islam mengaku dirinya Allah. Adapun pada Allah Ta’ala itu tiada dapat diumpamakan dengan suatu yang muhadas, melainkan bersalahan jua ia dengan segala yang baharu, Allah Ta’ala itu tiada dapat diumpamakan seperti rupa kita yaitu kafir orang. Adapun Allah Ta’ala itu tiada dapat dilihat dengan mata buta, dan tiada dapat didengar dengan telinga tuli, dan tiada dapat dikenal dengan hati, dan tiada dapat dirasa dengan rasa kita Melihat itu dengan penglihatan Allah, artinya bukan kita yang melihat. seperti mengenal, mendengar, pengrasa dan sebagainya. Maka sempurnalah penglihatannya, pengenalnya, pendengarnya, pengrasanya dan sebagainya dengan tiada kafir, maka di sanalah Allah Ta’ala tempat menjatuhkan rahasia kepadanya. Allah Ta’ala menjatuhkan rahasia kepada yang dikehendakinya jua. Allah Ta’ala tiada ber……. dan bukan penglihatmu itu dari pada dunia supaya engkau mengenal serta Allah, maka lenyaplah rasamu dari pada rasa ujudmu yang kasar itu supaya rasa dengar. Allah, Maka disanalah kita merasa ni’mat, karena kita bertemu dengan tuhan lebih rasanya tiada sama dari pada dunia, seperti manikam rasanya, syorga namanya sekalian itu hanya perbuatan Allah jua. Sabda Nabi SAW : “Barang siapa mengenal dirinya, sesungguhnya mengenal ia akan tuhannya“.
Demikian pula perbuatan jika ada melihat dengan penglihatannya jua, maka sempurnalah ia kepada hak ta’ala, terlalu halus dan terlebih suci dan terlebih tinggi, tiada sama-samanya maka yaitulah tuhan namanya. Adapun Allah Subhanahu wa ta’ala itu tiada di luar tiada di dalam, tiada di hadapan tiada di belakang, tiada di kanan tiada di kiri. tiada di atas tiada di bawah, tiada jauh tiada parak/dekat, tiada bercerai tiada bercampur karena tuhan itu terlalu sukur dan terlebih mudah. Maka di sanalah ia merasai ni’mat Allah dari pada syurga, ia lenyap di dalam meliharaan-pemeliharaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Manakala ada suatu terang tiada terhingga terangnya dengan kebesaran lagi hening sempurna suci ke atas dan ke bawah, kekanan dan ke kiri, ke hadapan dan ke belakang tiada berkesudahan. Terangnya manakala ia ada berdiri seperti alif di dalam yang terang itulah istigna namanya, maka itulah yang bersifat kaya berdiri dengan sendirinya itulah yang bernama syahadat. Adapun : Muhammad ujudnya ma’rifat lakunya, suci jalannya seperti tempatnya halus sifatnya syukur kehendaknya, itulah ilmu kita ikut tatkala kita pulang ke rakhmatullah. kerjanya siang dan malam maka tiada lupa akan tuhannya tiada tidur tiada makan, tiada dahaga dari pada nugeraha Allah Ta’ala maka firman Allah Talala di dalam Al Qur’an ; “Dekatnya aku itu hampir serta manusia dari pada segala manusia itu sifatku”
Diri yang dikenal itu 3 perkara:
  1. diri yang terdiri itu badan jasmani.
  2. diri yang terperi itu idafi.
  3. diri yang diperikan itu nyawa ruhani
Nyawa ruhani itu lima kali ia mengindarkan dirinya didalam sehari semalam,
  • pertama; asal diri shalbi hi hi hi hi,
  • kedua, pada pusat ha ha ha ha,
  • ketiga ; pada hati ill ill ill ill,
  • keempat; pada jantung pa. pa. pa pa,
  • kelima ; pada otak tha tha tha tha, dan tatkala keluar dari pada ubun-ubun Lailahaillah muhammad rasulullah.
  • Adapun tatkala nafas masuk hu katanya
  • Adapun tatkala nafas keluar Allah katanya
  • Adapun hidup badan serta nyawa. Nyawa hidup karena badan artinya.
  • Rahasia karena sir hidup sir tatkala naik hu.
  • -Nyawa sembahyang itu takbiratul ihram
  • -Napas sembahyang itu niat
  • -Kepala sembahyang itu fatihah
  • -Tubuh sembahyang itu tuma’ninah
  • -Tangan sembahyang itu sujud ,
  • -Telinga dan setengah qiyam sembahyang itu ruku’
  • -Kaki sembahyang itu salam.
Bermula masuk di dalam kalimat napi itu LA, kalimat napi masuk kepada nyawa. Nyawa masuk kepada ldhapi, idhapi masuk kepada Muhammad. Muhammad masuk kepada badan adalah masuk kepada kalimat. hapi masuk kalimat hapi masuk kepada Allah masuk kepada ILA masuk kepada kalimat مسه masuk kepada hati masuk Allah masuk pada aku Allah.
Adapun syari’at itu perkataanku, tharikat itu perbuatanku, hakikat itu kediamanku, ma’rifat itu Rahasiaku.
Mengenal Diri_______________________
  1. Ma’rifat-Sifat Allah-Af’al Allah
  2. Hakikat-Jalan Tubuh
  3. Tariqat-Jalan Nabi
  4. Syari’at-Jalan yang luas
Yang dinamai diri nyawa rohani, jika kita mengetahui ilmu wali yang teguhkan orang jika dinamai walipun harus sebab mengetahui keadaan Allah Ta’ala kepada diri dan keadaan Muhammad SAW yang kita ikut.
Didalam af’al hati, didalam hati nyawa, didalam nyawa sir, didalam sir rahasia.
Hilangkan huruf alif panakan dirimu di dalam ap’al Allah. Hilangkan huruf lam awal panakan hatimu di dalam asma Allah. Hilangkan huruf lamakhir panakan rahasiamu di dalam Zat Allah. Tiada berwujud dan tiada bersifat dan tiada nama-bernama, buat-berbuat dan tiadalah syirik dan tiada niat jadi esa tauhid kita dan esa ma’rifat kita, tiadalah dua nyatalah putus jalan hakekat ma’rifat.
Hancurkan badan jadikan hati, hancurkan hati jadikan ruh. Hancurkan ruh jadikan nur, hilangkan nur jadikan aku. Sebenar-benarnya diri nyawa. Sebenar-benarnya nyawa itu nur Muhammad. Sebenar-benarnya nur Muhammad itu sifar Sebenar-benarnya sifat zat hayat (hidup Allah).
Firman Allah Ta’ala: “Matikan dirimu dahulu dari pada matimu, setengah dari pada mematikan diri itu seperti dikata: “Tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang tahu, tiada yang hidup, tiada yang mendengar, tiada yang melihat, tiada yang berkata-kata”.
Hanya Allah Ta’ala yang kuasa, Allah yang berkehendak, Allah Ta’ala yang tahu, Allah Ta’ala yang hidup, Allah Ta’ala yang mendengar, Allah Ta’ala melihat, Allah Ta’ala yang berkata-kata. Allah Ta’ala yang maujud, Allah yang Esa. Pana sekalian diri itu yaitu di dalam diri ahdiah Allah ya’ni di dalam ilmu Allah. Kemudian dari pada itu, hendaklah diketahui akan sir Allah di dalam ujud insan jikalau tiada tahu senantiasa diri itu di dalam dosa,
Sabda Nabi: “Bermula Adam itu dosa dan tiada dosa itu sebagainya“, yakni tiada sempurna mengenal Allah Ta’ala. Jikalau diri itu di dalam dosa, jikalau didalam kebaktian sekalipun tiada sempurna, karena kebaktian itu adalah makam jasad tiada dengan ruh, dan kebaktian tiada dengan ilmu maka demikianlah adanya.
Bermula insan itu rahasiaku maka firman Allab Ta’ala: “Bermula insan itu rahasiaku dan rahasiaku itulah sifatku itu tiada lain dari pada aku“. Kata setengah lagi tubuh manusia dan nafasnya dan hatinya dan nyawanya dan pendengarnya dan penglihatnya dan tangannya, kakinya sekalian aku nyatakan dirinya bagi diriku dan insan itu tiada lain dari pada aku dan aku tiada lain dari padanya, kemudian ketahui olehmu pula bahwa hak Allah SWT di dalam Qur’an: “Ada Tuhan kamu serta kamu” dan firman-Nya lagi: “Di dalam diri kamu jua aku“. Maka tiadalah kamu melihat akan daku. karena aku terlebih hampir dari pada halat matamu yang putih dengan yang hitam, hampir lagi aku kepadamu maka hendaklah engkau tilik tiap-tiap sesuatu dari pada alam ini serta Allah didalamnya, Sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa menilik kepada barang sesuatu maka tiada dilihatnya Allah didalam maka tilik itu batal ya’ni sia-sia“.
Kata Syaidina Abubakar: “Tiada aku lihat akan sesuatu. melainkan aku lihat Allah dahulunya“.
KataSyaidina Umar: “Tiada aku lihat akan sesuatu melainkan aku lihat Allah kemudiannya“.
Kata Syaidina Usman: “Tiada aku lihat akan sesuatu, melainkan aku lihat Allah sertanya”
Syaidina Ali: “Tiada kulihat akan sesuatu, melainkan aku lihat Allah di dalamnya“.
Maka, sekalian dalil dan hadits dan sekalian kata sahabat, maka hendaklah engkau bicarakan kepada guru yang sempurna, karena AlIah SWT itu tiada ia berhimpun dan bercerai dengan sesuatu. Bermula martabat ketuhanan itu atas tiga perkara:
Maka yaitu kadim ketiganya dan lagi azali, maka adapun martabat yang ketuhanan itu atas empat perkara, alam ruhalam misalalam jasamdan alam insan. Yaitu rupanya Muhammad keempatnya, tetapi tubuhnya baharu adalah martabat manusia yang empat yang muhaddas itu dengan martabat yang tiga kadim itu. Niscaya tiada akan tersunyi pada yang arif, karena adalah martabat yang empat yang muhaddas itu nyatalah bayang-bayang. Martabat yang tiga itu qadim itu jua, maka mustahil bayang-bayang itu tinggalnya dan cerainya dengan yang empumya bayang dan mustahil ujud bayang itu lain dari pada ujud yang empunya bayang, mustahil bayang-bayang akan dirinya sendiri bayang-bayang dengan tiada zat empunya bayang, dan mustahil pula. akan bergerak bayang-bayang dengan tiada gerak yang empunya bayang itu jua.

Sirrul asror

Rahsia Ilmu Huruf (Abjad)

Kitab Babul Haq Tanda-Tanda Sakaratul Maut

KITAB SIRRUL ASRAR

Kitab Babul Haq Nama Allah Pada Tubuh Manusia

Kitab Babul Haq Derajat Hakikat

Mengenal Diri Mengenal Allah-Al-Fatehah, Solat & Pecahan Diri

Kitab Babul Haq Dua Kalimah Syahadat

Pengertian, sejarah dan macam-macam tarekat

Kitab Babul Haq