Tata Cara Ber-Thariqah
1. Thariqah Qadiriyah | |
2. Thariqah Qodiriyah wan Naqshbandiyah | |
3. Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah | |
4. Thariqah Syadzaliyah | |
5. Thariqah Naqshbandiyah | |
6. Thariqah Sanusiah | |
7. Thariqah Syattariyah | |
8. Thariqah Sammaniyah | |
9. Thariqah Chistiyah 10. Thariqah Tijaniyah
| |
Arti Suluk dan Salik | |
Bagaimana Berthariqah | |
Batasan Usia Ber-Thariqah | |
Benarkah Tasawuf Hanya Amalan Wali? | |
Cara Memilih Tarekat | |
Ingin Masuk Tarekat Syadzaliyah | |
Ingin Tahu Amalan Tarekat | |
Inti Berthariqah | |
Melalaikan Kewajiban Thariqah | |
Membersihkan Hati | |
Mengamalkan lebih dari satu Thariqah | |
Mengenali Mursyid | |
Mohon Bimbingan Tarekat | |
Pengertian Makrifat Dan Tajalli | |
Pentingnya Bertarekat | |
Sahkah Bai’at Tarekat Tanpa Puasa? | |
Santri ikut Thariqah | |
Tahapan mengenal Allah | |
Tarekat bisa bikin kaya | |
Thariqah dan khadam | |
Thariqah Naqsyabandi Haqqani
Perbedaan tata cara di antara aliran thariqah
yang satu dengan yang lainnya, bukanlah pada persoalan pokok dan inti, yakni
"talqin dzikir". Karena talqin dzikir inilah sebenarnya inti di dalam
thariqah, yang membedakannya dari kegiatan dzikir-dzikir lain di luar thariqah.
Oleh karena itu ada baiknya pada bagian ini dijelaskan terlebih dahulu tata
cara Talqin Dzikir atau yang lazim disebut Bai'at, yang biasa dilakukan oleh
seorang Guru Mursyid kepada murid thariqah. Yaitu -sebagaimana yang dijelaskan
oleh Syaikh Ahmad Al-Kamisykhonawi.ra dalam kitabnya jami'ul
Ushul- sebagai berikut ;
"Adapun tata cara pengambilan dzikir adalah hendaknya si murid dan sang syaikh atau salah satunya beristikharah terlebih dahulu. Apabila hasil istikharahnya sesuai, dan itulah yang diharapkan, maka hal itu dapat dijadikan petunjuk laahwa ia telah mendapatkan izin dari Hadirat ’Allarnul Ghuyub (Allah). Setelah itu sang syaikh akan mendudukkan si murid di hadapannya setelah dia sempurna bersuci, sambil menempelkan kedua lututnya dengan kedua lutut si murid, sebagaimana yang dilakukan oleh Jibril 'alaihis-salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian dengan tangan kanannya, dia memegang tangan kanan si murid layaknya orang bersalaman, lalu memintanya bertobat dari segala kesalahan dan maksiat serta menyuruhnya meminta halal kepada orang-orang yang mempunyai hak padanya, mengembalikan apa-apa yang bukan haknya, meninggalkan bid'ah, melaksanakan sunnah, menjauhi rukhshah dan melaksanakan 'azimah. Selanjutnya keduanya bersama-sama dengan niat taubat dari apa yang menyalahi ridlo Allah membaca ayat: kemudian si murid memejamkan kedua matanya dan sang syaikh mengucapkan "tahlil" (La ilaaha illallah) tiga kali, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Sahabat Ali, lalu membaca ayat untuk tabarruk dan isyarat bahwa seakan-akan ia berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah ini keduanya menaruh kedua tangan mereka pada kedua lutut sambil memejamkan kedua mata mereka, lalu sang syaikh dengan hatinya berdzikir menyebut Ismudz-Dzat (Allah) tiga kali, dengan niat mentalqin dan mengajarkan pada hati si murid dengan memanjangkan (bacaan) dan hudlur seakan-akan melihat Al-Malik Al-Ghofur. Kemudian disuruhnya si murid membaca istighfar, Al-Fatihah dan Al-Ikhlas kepada silsilah thariqahnya, dan rabithah dengan syaikhnya dengan syarat hendaknya si murid meyakini bahwa syaikhnya adalah khalifah (penerus) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hal penganugerahan, dan naib (pengganti) beliau dalam membina dan membimbing manusia." Itulah tata cara dalam talqin dzikir secara umum, yang dalam prakteknya ada yang persis seperti itu, ada yang sedikit ditambah dan ada yang sedikit dikurangi. Namun semuanya itu tidak ada yang keluar dari hal-hal yang prinsip dan pokok. |